Jendela Luluk

Friday, April 28, 2006

 

Masjid Super Indah Tokyo














Di majalah bulanan Japan+ edisi Mei ini, dibahas mengenai berbagai komunitas multikultur dan peran serta mereka yang semakin aktif dalam berbagai bidang -termasuk umat muslim, yang ada di Jepang. Kaget saya, begitu tahu ada masjid super indah begini, di Tokyo!!

Artikelnya bisa dibaca di =sini=. Bagus!
---
Photo was taken from Jijigaho May‘06 Edition : http://www.jijigaho.or.jp/app/0605/eng/sp03.html


Wednesday, April 26, 2006

 

Setir Kanan










Ada 1 orang tamu datang dari Burkina Faso di kantor, dan saya kebagian menemani beliau untuk keliling kampus UI Depok. Waktu baru masuk mobil, si tamu ini langsung ngajak ngobrol..

---
“Negara kamu bukannya dijajah Belanda?”

“Ya, betul. Memangnya kenapa, pak?”

“Kok setir kamu sebelah kanan? Apa pernah negara kamu dijajah Inggris?”

“Oh, pernah juga, tapi saya lupa berapa lama. Nggak seberapa lama juga sih. Kalau nggak salah, saya pernah baca, metode setir kanan kami ini peninggalannya Raffles.”

“Raffles itu siapa?”

“Dia gubernur jenderal, perwakilan dari Inggris, yang memerintah di negara kami selama Belanda kalah dari Perancis. Oh ya, dia juga terkenal sebagai pendiri Singapura.”

“Wah, hebat sekali. Jadi Raffles ini ya yang membuat kamu menyetir di sebelah kanan, sampai sekarang?”

“Eh, iya.”
---

Hmm... Pembicaraan yang aneh.

Karena penasaran, saya cari tuh kenapa Indonesia menerapkan metode setir kanan. Nggak ketemu jo’! Di Wikipedia, cuma ditulis... Salah satu pembaruan kecil yang diperkenalkannya di wilayah kolonial Belanda adalah mengubah sistem mengemudi dari sebelah kanan ke sebelah kiri. (Ini maksudnya, dari setir kiri ke setir kanan kan?)

Mudah-mudahan nggak salah ngasih informasi deh ke bapak satu itu. Hitung-hitung penghargaan untuk beliau akan ketertarikannya pada metode persetiran di Indonesia, padahal sampai si tamu ngajak saya jalan muter-muter kampus kemarin pun saya belum ‘ngeh’ Burkina Faso ada di Afrika bagian mana! :D

Ada yang punya info tambahan mengenai setir kanan kita ini...? #


Tuesday, April 11, 2006

 

Teater IMAX Keong Emas

Kapan terakhir Anda ke Taman Mini? SD? SMP? Sekitar masa-masa jayanya Presiden Soeharto? wehehe.. :p teman-teman saya banyak yang mengakuinya. Sampai pada Minggu lalu, gagasan plesiran ke TMII hanya muncul selintas saja menghabiskan hari dan sedikit jeprat-jepret dengan D70-nya sohib saya. Pertama, kami menuju ke Masjid Diponegoro untuk Sholat Dzuhur, mampir sebentar jajan es dawet untuk menghilangkan haus di area taman akuarium air tawar, dilanjutkan menuju ke Museum Pusaka yang menyimpan aneka keris dan pusaka seantero nusantara, lalu Museum Serangga tempat koleksi berbagai kumbang, belalang, kupu-kupu, dengan tampilan display yang menarik, dan terakhir, tepat pukul 4 sore kami nonton film di teater IMAX Keong Emas.

Nonton di Keong Emas inilah yang menandai plesiran ke TMII. Kurang afdhol rasanya ke TMII tapi nggak masuk nonton film didalamnya. Oke, sama seperti Anda semua, saya terakhir kali ke Keong Mas saat duduk di bangku Sekolah Dasar, bersama-sama dengan rombongan study tour satu sekolah. Sampai-sampai saya lupa seperti apa rasanya sewaktu masuk kedalamnya. Yang saya ingat waktu itu, kami nonton film tentang keindahan alam Indonesia yang subur makmur gemah rimpah loh jinawi.

Tentu saja kesan yang saya dapatkan saat masih imut-imut dulu berbeda dengan saat sekarang (yang sudah amit-amit :D). Begitu masuk kedalam Teater IMAX Keong Emas... hoaaaa... Layarnya BESAARRR luar biasa (dulu rasanya tidak sebesar ini). Disini dibilang ukurannya sebesar 21.5 x 29.3 meter! (yang langsung gue pikirin: itu gimana bikin ama masangnya disono ye...?) Dan gara-gara segede gaban gini, di tahun 1994 layar ini sempat tercatat sebagai layar terbesar sedunia!! Huhuuy... mantapp...! (“,)b Sebagai konsekuensi besarnya layar, otomatis kapasitas tempat duduk juga banyak. Tata suaranya canggih, gambarnya juga bersih, ada efek 3 dimensi dan untuk layar sebesar raksasa, kualitas gambarnya nyaris mendekati sempurna.

Sore itu, kami nonton Forces of Nature bikinan National Geographic yang tidak disangsikan lagi kualitas programnya. Forces of Nature mengisahkan misteri dan kedahsyatan kekuatan alam lewat kejadian gunung meletus di Montserrat -Karibia, gempa bumi di Izmit -Turki, hempasan angin topan Camilla di Meksiko dan badai tornado di Oklahoma. Bagi Anda yang merasa biasa saja dengan sajian dokumenter ini, tunggu sampai Anda melihatnya lewat (ya itu tadi) layar raksasa Keong Emas. Sumpah deh, kita serasa seolah-olah berada dan ikut terlibat dalam setiap adegan film yang ditayangkan.

Paling sedap kalau kita duduk di tengah layar, karena kita bisa memandang kebawah dan keatas layar sama baiknya dengan dari kanan ke kiri. Adegan gunung meletus di Montserrat yang diambil gambarnya oleh para ilmuwan dari atas helikopter membuat seolah-olah kita benar-benar melihat ke dasar gunung, padahal kita cuma melihat ke dasar layar. Pun, adegan saat sang ilmuwan masuk ke satu masjid besar di Istanbul yang tetap kokoh berdiri dari guncangan gempa bumi selama berabad-abad. Kubah masjid yang indah tinggi menjulang membuat kita seolah-olah benar-benar mendongak melihat langit-langit kubah masjid, padahal kita cuma melihat ke atas layar. Sip banget dah! Oh ya, narator asli dari Forces of Nature ini sebenarnya adalah Kevin Bacon, tapi karena di-dubbing kedalam Bahasa Indonesia, ya jadinya malah suara bapak-bapak gitu deh..

Nah, jadi, dengan HTM yang cuma Rp.25.000,- (padahal kabarnya belum lama ini masih Rp.20.000,-) saya rasa cukup layak untuk di'jabanin'. Masih ada berbagai tema film lain yang bisa dipilih sesuai jadwalnya, yang bisa dilihat disini. Dan jangan lupa, kalau ada rencana ke TMII, ajak-ajak saya ya! ;)

Saturday, April 08, 2006

 

Peneliti lapangan

Kerja jadi peneliti lapangan sungguh tidak mudah. Bagi mereka yang terbiasa hidup di kota dengan berbagai fasilitas dan kemudahannya, hidup di desa terpencil pasti kewalahan. Mau makan, ya cari atau masak sendiri. Mau tinggal sekian waktu lamanya, ya cuci baju sendiri. Mau ke ‘belakang’ untuk MCK, ya harus terima dengan kondisi tempat MCK yang ada. Mau hidup harmonis dengan teman 1 tim atau tetangga kanan kiri, ya rukun-rukun, sopan santun, toleransi dan saling menghargai adalah hal yang sangat penting.

Belum lama ini, sebuah pilot study yang menjadi salah satu bagian dari project kantor, dihentikan. Seluruh tim lapangan pada pilot ini dipulangkan. Seluruh kegiatan awal: rekrutmen, pelatihan, dan advokasi, harus diulang. Biaya? Jangan tanya. Saya juga nggak tahu berapa, tapi yang pasti lumayan besar.

Ini sungguhan. Walaupun bukan penyebab utama, hal-hal kecil seperti penerimaan yang kurang baik akan kondisi lapangan penelitian yang tidak sesuai harapan, bisa berakibat fatal.

The purpose of life is to become actually what we are potentially’ , kata Abraham Maslow. Dalam kasus ini, kalau kerjaan kita nggak sesuai dengan potensi dan minat yang kita punya, gimana bisa enjoy? Hidup cuma sekali..! #

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]