“Among the findings from a 2004 study of more than 47 200 students from 74 colleges and universities:
· Percentages of students who reported feeling so depressed over the last school year that it was difficult to function: 45.1
· Percentage of students who reported seriously considering suicide over the past school year: 10.1
· Percentage of students who reported attempting suicide over the past school year: 1.3”
---
Siapapun yang sedang mencari berapa persen banyaknya workers who reported feeling so depressed, nggak usah nyari jauh-jauh deh. Salah satunya ada disini. :((
Suicide?
Ya nggak lah, gila apa lo?!!...

Nah, foto-foto yang mewakili tema ini adalah foto Cas dengan judul Pupil with a blind map of the Indonesian territory (1947) dan Soekarno speaking to the delegates during a session of the Indonesian provisional parliament, the K.N.I. Poesat (1947). Pupil pernah menjadi sampul buku Een Staat in Wording (Sebuah Negara yang Sedang Menjadi) yang diterbitkan Cas sepulang dari Indonesia. Buku reportase foto ini menunjukkan kesiapan RI untuk sejajar dalam kancah pergaulan Internasional. Foto Pupil with a blind map of the Indonesian territory sendiri menggambarkan anak kecil yang membawa peta Indonesia dan tersirat tampak identitasnya sebagai manusia merdeka yang berjalan dengan penuh kebanggaan.
Foto-foto lain dari IPPHOS diantaranya adalah foto saat tokoh-tokoh besar Indonesia seperti Agus Salim & M.Natsir sedang sholat Idul Fitri (ingat kan saat proklamasi dibacakan adalah Bulan Ramadhan?), foto suasana perundingan entah apa antara RI dengan penjajah Belanda, foto antrian kaum wanita untuk nggak jelas juga untuk apa tapi sepertinya untuk melamar pekerjaan, foto saat Bung Karno mengeluarkankan kepalanya dari jendela kereta untuk menyapa rakyatnya (yang ini bagus banget sudut pengambilan fotonya), foto saat delegasi kongres wanita KOWANI menyewa pesawat KLM untuk pergi berkongres, dan masih baaaanyak foto bersejarah-yang-tak-pernah-dipublikasikan-sebelumnya. Kebanyakan adalah foto-foto yang mewakili kondisi rakyat Indonesia pada masa-masa setelah kemerdekaan.
Keke Tumbuan, adalah seorang yang sering terlibat dengan teman-temannya dalam pembuatan video musik. Tentu saja tidak sulit menemukan jepretan nan penuh warna darinya yang tersusun rapi memenuhi tembok panjang ruang pameran. Inti dari foto Keke cuma satu kata: dugem anak muda. Kalau saya punya jempol 10, foto-foto Keke Tumbuan nilainya 10 jempol bagi saya. Padahal di FN jempol paling banyak cuma 3 ya..?
Timur Angin, yang ssst.. ternyata dia anaknya SGA yang kondang itu, menunjukkan ketertarikannya pada pencarian dan kegelisahan yang dialami generasinya. Timur banyak terlibat dalam liputan untuk media massa, maupun still photo film layar lebar. Jangan dikira pengen moto shooting film cuma bilang ke sutradara: “Permisi pak, saya mau moto bintang utamanya..!” atau “Pak, boleh ya saya foto bapak lagi shooting film...” kalau nggak mau langsung diusir sama para kru film. Mas Timur ini bahkan sampai 2-3 bulan mengintili proses pembuatan film GIE untuk mendapatkan momen dan objek bagus yang diinginkan. Sekalian gaul dan melebarkan jaringan juga kan? ;)
Ada satu foto menarik dari Timur yang memperlihatkan adik kelasnya di IKJ, duduk santai menyilang kaki, diatas bebek merah, mengenakan kaca mata hitam dengan piercing besar menghiasai kupingnya. Di belakangnya ada mural yang menggambarkan teriakan seorang pemuda yang tidak bermata. Cerminan generasi yang -menurut Timur- tanpa batas, tanpa beban untuk berkarya, cuek dengan peraturan, bebas merdeka & nggak perlu mikir yang rumit.
Jadi ingat saat Adep, ketua Sahabat Museum, pernah bertanya lewat spanduknya: ‘Are you djadoel enough?’ saat PTD keliling Jakarta Agustus lalu. Merujuk percakapan diatas, ya jelas saya belum cukup djadoel. Alanis Morissette, si Ironic, terkenal saat saya duduk di SMA. Ruth Sahanaya, pelantun tembang Memori, terkenal saat mmm... mungkin masa-masa SD. Tetapi tetap sampai saat ini kedua penyanyi wanita tersebut masih jaya di dunia tarik suara. Tapi lagu yang judulnya Ironi?? Jaman kapan tuh? Yang nyanyi siapa pula?
Pagi ini, kembali saya mendapat kabar duka telah meninggalnya seorang rekan semasa SMA. Padahal kurang lebih 3 bulan lalu, kami seangkatan (di SMA) baru saja kehilangan rekan lain yang cukup luas dikenal mengingat profesinya sebagai penyiar radio. Walaupun yang hidup pasti akan kembali pada penciptanya... well, rasanya kok terlalu cepat ya? Keduanya sama seperti saya -masih (bisa dibilang) muda, dua pertiga usia harapan hidup belum genap dijalani. Tentunya masih baaaanyak rencana untuk bisa diwujudkan dalam menjalani kehidupan. Saya sama sekali tidak tahu apa rencana hidup yang ada di balik benak masing-masing yang membaca entri saya kali ini, tapi ya ampun... keinginan saya masih banyak. Masih banyak yang harus dilakukan, yang untuk itu butuh waktu, tenaga dan pikiran. Butuh hidup.July 2004 August 2004 September 2004 October 2004 November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 December 2006 February 2007 May 2007 March 2008 April 2008 May 2008 June 2008 November 2008 January 2009 May 2009 June 2009 December 2009 November 2010
Subscribe to Comments [Atom]