Pada Minggu (30/1), ketika jam menunjukkan angka 8 di lobby gedung NHM, -dengan peserta duduk lesehan- acara dimulai dengan presentasi mengenai komunitas sahabat museum oleh 3 orang dedengkotnya -Mas Adep, Mbak DeeDee & Mas Arief- dan kemudian dilanjutkan dengan penyajian dari 2 orang Pusat Arsip Nasional mengenai sejarah Stasiun Beos.
Oke, berikut ini petikan materi dari hand-out yang telah dibagikan panitia:
STATION BEOS – Jl.Taman Stasiun
Gedung Stasiun Kota yang terletak di Jl.Pintu Besar Utara merupakan salah satu dari stasiun kereta api tertua di
Bangunan ini didesain pada tahun 1915 untuk menampung kegiatan transportasi dan banyaknya jalur hubungan antara
Bangunan yang diresmikan pada tahun 1929 ini masih berfungsi dengan baik sebagai stasiun sampai saat ini. Gaya Art Deco sangat kuat menghiasi seluruh bangunan ini yang didalamnya terdapat banyak bagian yang masih asli. Bangunan ini mempunyai 3 pintu masuk yang sama nilainya dari segi fungsi dan arsitektur. Letaknya menjadi bagian dari Taman Stasiun Kota yang terletak di pintu masuk bagian barat sehingga dengan sendirinya gedung Stasiun Kota ini sudah menjadi landmark di kawasan sekitarnya.
Didesain oleh biro arsitek yang terkenal pada masa itu yaitu AIA Bureau, bangunan ini mempunyai struktur atap lengkung dengan konstruksi baja yang sangat indah dan kuat sampai saat ini. F.J.L.Ghijsels, arsitek yang mendesain bangunan ini, juga mendesain jam yang terletak di taman depan gedung ini dengan
Nah, mengapa disebut BEOS?
Kata si meneer:
Dit was het eindstation van de Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij voor de lijn naar Bekasi en Krawang. In de volksmond heette het Beos, de fonetische uitspraak van de letters B.O.S.
Yang artinya:
(Stasiun) ini merupakan perhentian terakhir dari Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (Perusahaan Kereta Api Timur Batavia/Batavian Easter Railway Company) di jalur Bekasi dan Kerawang. Di kalangan rakyat (stasiun) ini bernama Beos, pelafalan fonetik dari huruf-huruf B.O.S.
***
Baik. Setelah ngubek-ngubek stasiun, kita kembali ke Gedong NHM untuk kembali mengikuti presentasi kali ini dengan bahasan Gedong NHM kira-kira setengah jam, dan kemudian disambung dengan wuuh.. muter-muter gedung NHM yang luaaaaas was was was! Sampai hampir makan waktu 2 jam bo! :p
GEDONG FACTORIJ NHM – Jl.Lapangan Stasiun No.1 Jakarta-Kota
Bagi kalangan pengamat arsitektur, bangunan warisan kolonial yang terletak di kawasan Beos, tepatnya didepan stasiun kereta api Jakarta-Kota, adalah sebuah karya masterpiece. Arsitekturnya cederung sederhana namun memiliki nilai estetika tinggi. Baik dari desain gedung yang indah dan proporsional maupun detail dan ragam hiasnya yang menawan.
Menurut data sejarah, bangunan yang terakhir digunakan sebagai Kantor Pusat ex-Bank Exim sampai tahun 1995 ini, dirancang oleh dua orang arsitek Belanda, yakni J.J.J.de Bruyn,A.P. dan C.van der Linde. Tahun 1929 gedung ini mulai dibangun oleh kontraktor Nedam dan diresmikan 14 Januari 1933 sebagai gedung Factorij Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) – sebutan lainnya Netherlands Trading Society (NTS) – oleh C.J.Karl van Aalst, Presiden ke-10 NHM saat itu.
Gedung yang berlokasi di Stationplein 1 – Binnen Niuewpoortstraat ini didirikan diatas tanah seluas 10.039 M2 (sebelumnya terdapat bangunan Schlieper yang terbakar tahun 1913) dalam satu taman yang luas menyatu dengan gedung Stasiun Kereta Api di seberangnya. Dengan foreground hijau terbuka dan luas, gedung Factorij NHM kala itu terlihat sangat megah dan monumental.
Bangunan berarsitektur Indisch
Salah satu bagian yang menarik dari gedung bersejarah yang masuk dalam pelestarian cagar budaya di kawasan Oud-Batavia ini, adalah ragam kaca patri yang menggambarkan adanya 4 musim dan tokoh nahkoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman yang mendarat di Banten tahun 1596. Terdapat juga kaca hias yang disumbang oleh C.J.Karl va
Sekarang bangunan kuno yang masih menyisakan nilai-nilai arsitektur dan sejarah sebuah gedung perbankan ini, akan digunakan sebagai salah satu kegiatan sosial Bank Mandiri dalam rangka mempublikasikan sejarah perkembangan berdirinya. Upaya menjadikan gedung ini sebagai Museum, merupakan langkah kongkrit melestarikan peninggalan bersejarah.
***
Yup! Demikianlah pelajaran sejarah kita hari ini.
Oh ya, ada pertanyaan kuis yang dilontarkan team leader sewaktu kami keliling gedung: “Berapakah jumlah hantu yang mendiami Gedong NHM ini?”. Yang berhasil menjawabnya dengan benar adalah seorang bapak dari Bank Mandiri yang mendampingi kelompok kami selama berputar-putar menikmati koleksi museum, yaitu 446 hantu ! Whaiyaaaa…!! Beruntung sekali rombongan saya tidak berlama-lama di ruang besi penyimpanan uang dan dokumen berharga, karena kabarnya pada jaman Belanda dulu, para meneer yang meninggal dan hendak dilayarkan kembali ke negerinya diinapkan terlebih dahulu di ruangan tersebut. Hmm... si meneer berharga juga ya?? :p
Sumber Materi:
Model : Poppy
Tukang Moto : Luluk ;)
Subscribe to Post Comments [Atom]
July 2004 August 2004 September 2004 October 2004 November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 December 2006 February 2007 May 2007 March 2008 April 2008 May 2008 June 2008 November 2008 January 2009 May 2009 June 2009 December 2009 November 2010
Subscribe to Posts [Atom]