Jendela Luluk

Tuesday, February 22, 2005

 

Bos, Ingatkah Anda Ketika Menjadi Bawahan?

Pada rapat bulanan rutin kantor kamis lalu, ada agenda rapat yang lain dari biasanya. Sore itu, dicetuskan usulan untuk –percaya atau tidak- jalan-jalan plesiran ke Thailand dan Singapura!! Diharapkan kepada seluruh karyawan untuk menabung tiap bulan dan berangkat jika batas maksimal biaya perjalanan sudah terpenuhi. Well, saya rasa ‘menabung per bulan’ bisa ‘dikerucutkan’ menjadi ‘potong gaji per bulan’.

Setelah beberapa saat tidak ada kesepakatan, tibalah saatnya voting. Yang setuju tunjuk tangan yang tidak setuju.. nunduk! Duh, kanan kiri tunjuk tangan. Saya? mesem-mesem gak ada manisnya, pura-pura telmi. Alhamdulillah, tidak sedikit pula yang berusaha menahan tangannya agar tidak ikut menunjuk ke atas.

“Lho, dek Luluk nggak ikutan? Ayo dong!” Ada yang berkata demikian yang sedikit pun saya tidak berani menatap matanya. *Mati deh gue. Pake segala ditegor. Apes bener*

Ah, saya jadi teringat tayangan yang pernah saya tonton suatu kali –duh,lupa kapan hari penayangannya- yang saya sangat terkesan dengan ide acaranya. Judul acaranya Back to the Floor. Sebuah sajian dari BBC London divisi pendidikan, yang menyuguhkan tantangan bagi para petinggi perusahaan yang cukup sukses, untuk beberapa waktu tertentu mencoba mengambil posisi tugas karyawannya yang paling rendah. Si bos perusahaan ini sebelumnya harus teken kontrak agar terikat dengan janji kesediaan menerima tantangan acara ini. Iyalah, big boss gitu looh.. :)

Waktu itu, yang kebetulan saya tonton adalah edisi bos sebuah perusahaan besar pemindahan barang, yang mengambil alih tugas seorang karyawan bawahan yang tentu saja adalah si tukang mindah-mindahin barang yang segede-gede gaban. Si bos ikut mengenakan seragam para tukang, ikut mengendarai truk-truk besar yang tidak nyaman, dan ikut berputar-putar karena sang pengemudi truk kerap tersasar menuju rumah yang barang-barangnya hendak dipindahkan. Sesampainya di rumah tujuan, si bos harus membungkus satu-satu barang-barang kecil dengan kertas agar tidak cacat saat bersinggungan, sampai dengan menurunkan sofa yang ada di lantai dua lewat balkon!

Tidak hanya itu. Ketika mampir ke kantor cabangnya, si bos harus menerima panggilan telefon dari beberapa klien yang mengutarakan klaim atas kerusakan barang-barangnya. Dan parahnya, ketika meneruskan panggilan telefon ke kantor pusat untuk melakukan pengecekan terhadap beberapa masalah klien yang harus dia selesaikan... apa yang terjadi? Sambungan telefon ke kantor pusat selalu mendengungkan nada sibuk. Putus asa, si bos menanyakan kepada wanita yang sehari-hari mengangkat telefon dari klien, apakah sering mengalami kejadian seperti yang dialaminya. “Setiap menit, pak”, jawab si wanita. Si bos langsung berkomentar: “wah, saya saja sudah merasa cukup tertekan sekarang ini”.

Fantastis!! Sungguh luar biasa seorang pucuk pimpinan mau dengan suka rela melakukan semuanya. Terlepas dari kemungkinan mereka pernah mengalaminya disaat-saat awal meniti karir, pengalaman merasakan kembali beban kerja bawahan setelah berada pada puncak karir cukup mengesankan. Tentu saja, setelah kembali ke posisinya sebagai pucuk pimpinan, banyak kebijakan baru yang diambil berkenaan dengan pengalaman yang baru saja dialaminya.

Saya coba untuk berfikir ekstrim. Kira-kira bos saya sendiri bisa tidak ya melakukan (yah, meskipun tidak seberat harus ngangkat-ngangkat sofa seperti yang saya ceritakan diatas) tugas-tugas bawahannya? Dan, kemudian hasil kerjanya dihabiskan untuk.. duarr! hilang, sekejap mata.

Duhai para atasanku, tidakkah kalian sadari betapa beratnya memimpikan jalan-jalan keluar negeri tanpa memikirkan beban kerja, kewajiban-kewajiban pengeluaran tiap bulan, membayar tagihan-tagihan dan tabungan pribadi yang sedikit-sedikit disisihkan untuk modal hidup kedepan nanti?

Banyak hal berguna lainnya dapat dilakukan dari uang yang dihabiskan untuk sekedar ‘jalan-jalan’ keluar negeri.

---

# Back to the Floor bisa dilihat di versi stasiun televisi PBS milik Amerika maupun CBC milik Kanada.
# Tulisan ini tidak mengurangi rasa hormat dan penghargaan saya terhadap atasan. Cuma, ya itu saja, rentang kuintil diantara kita ternyata berbeda jauh, hehe.. :)


Comments:
linda: harusnya sang atasan ngebiayain buat jalan2x dong^^, bukannya dibebankan ke bawahannya.... Klo belum mampu yah pergi ke taman safari aja, kan ada safari track tuh... lumayan seru kaya'nya :D

Seru juga yah ada acara tv kaya' gitu.... di Indo mungkin gak yah dibikin acara kaya' gituw?.... sebenernya itukan bisa bikin pamor perusahaan jadi naik^^....
 
gimana Luk kalo diusulin nabung sedapet-dapetnya..jalan-jalannya disesuain dengan yang tabungannya terkecil...hehehehe (siapa tau jadi ketahuan ada yang mampunya nabung segitu), atau kita piknik dipinggir danau UI aja ya.seru juga tuh..Tebak siapa aku.
 
emang harusnya pemimpin itu adalah pelayan bagi bawahan ya...

acaranya kalo gak salah mbak luluk, adalah The Apperentice :D
 
Setau Luluk, yg demen bgt danau & Masjid UI siapa lagi kalo bukan Syarif?

Nah, Syarif bukan?

~janganjanganbukan :p
 
bukan luk, bukan gw :D
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]