Meskipun terletak persis di sebelah kantor saya sekarang, lama sekali rasanya nggak mampir ke kantor lama. Pun tidak pernah makan siang atau pulang bareng dengan beberapa teman yang sebagian masih terlibat project disana. Dari sapaan pada ruang googletalk atau messenger lainnya, mereka mengaku sibuk. Banyak kerjaan-kerjaan kecil yang dituntut selesai dalam waktu bersamaan.
Jadi pagi tadi, saya niatkan mampir sebentar untuk sekedar menyapa dan melepas rindu kebersamaan di jaman kejayaan dahulu. Melewati pintu utama kantor, meja pertama yang pastinya dijumpai adalah milik sang sekretaris. Paras cantik penghuni kubikal itu tidak kelihatan, tapi ada sosok lain disana.
'Dek Ule!!!' refleks saya berteriak. 'Dek Luluk!!!!' teriakannya bahkan lebih kencang lagi. Boss kami dulu biasa menggunakan sapaan 'Dek' pada semua anak buahnya, sehingga antar kami sampai sekarang tak bisa lepas dari sapaan itu. Dek Ule harusnya tidak ada di kantor ini karena dia sudah aktif bekerja di W.H.O. sejak beberapa bulan lalu. Apa sih yang jamaknya dilakukan 2 sahabat perempuan jika lama tidak bertemu? Di perkotaan, cukup cupika cupiki dan beberapa bisa terlihat melakukannya demi alasan basa-basi.
Tapi Dek Ule serta merta melingkarkan lengannya mengelilingi batang leher saya. Mendekap saya, dalam, dan saya bisa rasakan rentang waktu 3-4 detik hangat dekapannya terasa. Punggung saya ditepuk dan diusapnya. Untuk urusan ini, saya bisa dihitung paling tidak biasa. Dulu, benak saya pernah memvonisnya : Ah, dasar kelakuan perempuan! Kadang terlalu berlebihan!
Sampai pada saat dek Ule ingin melepaskan dekapan, saya merasakan sensasi aneh. Otot-otot bahu saya menjadi rileks, nafas panjang terhela tanpa dikomando, dan dua pasang mata ini terpejam nyaman menikmati aliran endhorpin yang menjalar ke seluruh tubuh.
Inilah kekuatan dekapan. Saya tidak pernah tahu seberapa pelik masalah yang dihadapi Dek Ule, dan dia pun sepertinya tidak peduli dengan runyamnya problema yang saya jalani. Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Tapi, sumpah! Saat berdekapan, semuanya lepas. Plong. Oksigen segar serasa mengaliri paru-paru. Saya pun mau bila diminta mengulanginya lagi, pada saat, tempat dan lawan yang tepat. Ha! Ini beneran bikin nagih!
Terima kasih telah mengenalkannya, Dek Ule.