Jendela Luluk
Wednesday, May 23, 2007
Jinten
Eefke, si gadis Belanda yg tinggal 2 pintu dari kamar saya, malam itu meletakkan sebungkus kecil sesuatu di wadah bumbu di dapur komunal lantai 2. 'It's Komijn, I don't know what it is in English but if you need it some just feel free to use it", ujarnya sambil menebarkan senyuman. Setelah menghilang ke kamarnya, barulah saya dekati tu bungkusan, penasaran isinya apaan. Ternyata, jinten!
Baru minggu lalu saya niat banget pengen punya jinten untuk bikin tongseng ala emak di rumah yg serba memasukkan bumbu rempah-rempah. Waktu liat di Albert Heijn, sebungkus kecil aja harganya udah hampir 3 euro, berkisar 30,000 rupiah, huah mahal banget. Saat itu, seketika langsung mikir, bukankah karena rempah-rempah Indonesia dijajah Belanda? kenapa saya harus beli dengan mahal disini? dan, jinten yg ada di toko ini kemungkinan besar jg dari Indonesia toh?
Oke, eefke baik sekali menawarkan jintennya. Tapi ada rasa enggan untuk mengambil bahkan sejumput saja meskipun gratis. Gini-gini saya juga masih punya nasionalisme, meski klise.
Archives
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
December 2006
February 2007
May 2007
March 2008
April 2008
May 2008
June 2008
November 2008
January 2009
May 2009
June 2009
December 2009
November 2010
Subscribe to Posts [Atom]