Jendela Luluk
Tuesday, May 02, 2006
Selayang Pandang Burkina Faso
Dari si tamu Burkina Faso yang berkunjung ke kantor kami -sebut saja namanya Henri, banyak hal-hal menarik yang (mungkin) tidak Anda jumpai lewat googling *halah!*. Yuk, disimak:- Negara ini punya julukan “the country of honest people”, saaaaah... nggak jauh beda dengan Indonesia yang ‘dikenal’ sebagai negara yang penduduknya ramah dan murah senyum. Mending jujur atau murah senyum ya? Hmm...- Di Burkina Faso, kalau mau berlibur di pantai atau sekedar melihat laut, bisa pilih antara negara Pantai Gading (Cote De’ivoire), Ghana, Benin atau Togo, karena Burkina Faso nggak punya daerah pantai. Pak Henri sampai bukan main girangnya saat melintasi daerah sepanjang Pantai Anyer, Serang. Disini mah hratiss, pak! :)- Di kantor Depok, –sewaktu di bawah terik matahari siang tengah hari bolong yang sorenya hujan deras (sumpah, siang itu panas gerah lembab luar biasa)- Pak Henri sempat komentar “Tahu nggak kamu, ini suhu mendekati suhu terendah di negara kami lho..” dilanjutkan dengan “...musim penghujan kami hanya 4 bulan sekitar Juni sampai September. Hujannya juga tidak terlalu sering, hanya angin basah saja..” Oh, ya ampun, mau komentar apa coba, saya?- Economical capital city di Burkina Faso namanya Bobo-Diolausso. Disebelahnya terdapat kota Dedougo, Koudougou dan Tenkodogo. Ada 45 propinsi yang diantaranya bernama Bazega, Boulgou, Ganzourgou, Kadiogo, Koulpelogo, Kourweogo, Zoundweogo. Yang asik, nama capital city-nya: Ouagadougou. Go! Go! Burkina Faso! :D- Umat beragama, terbanyak memeluk agama kepercayaan leluhur (roh-roh halus, dsb) sebesar 44.8%, lalu pemeluk agama Islam sebanyak 43%, diikuti Katolik 6.9%, dan Protestan 6.8%. Gambar disamping, adalah masjid tradisional umat Islam Burkina Faso. Menurut saya sih lebih indah masjid-masjid di sini, tapi yang satu ini unik sekali. Saya jadi berasa gatel-gatel ngeliatnya... :D- Di Burkina Faso, motor disebut ‘jakarta’, karena semua motor yang ada disana (katanya) dibuat di Jakarta, walaupun merk-nya Honda dan Yamaha. Hebat kan??? :)- Pak Henri adalah kepala project suatu lembaga penelitian kesehatan yang ada di Burkina Faso. Beliau mengambil pendidikan dokter di Ouagadougou, melanjutkan spesialis obstetrik ginekologi di Paris, dan menggenapkannya dengan mengambil PhD di Bordeaux. Anda tahu, sampai pada level dokter spesialis obsgin saja, seantero Burkina Faso cuma ada 2 orang termasuk beliau, dan (kabarnya) disana seorang dokter spesialis itu bisa jadi setingkat menteri! Wuaw!! Gimana level PhD-nya ya...?- Sebelum pulang, bapak ini kekeuh mencari oleh-oleh pakaian bermotif batik. Mungkin karena terinspirasi dengan Nelson Mandela, yang sehari-hari gemar menggunakan pakaian bermotif batik. Seorang rekan saya, yang menemani beliau mencari batik tertegun-tegun melihat Pak Henri memborong batik (mungkin untuk kolega-koleganya) di Danar Hadi seharga 3.5 juta, 2.8 juta, 2.6 juta dan 3 kemeja 400 ribu rupiah! Haduuhhh...- Waktu kemarin saya menemani keliling kampus, Pak Henri, yang orangnya riang & humoris, mencoba bertanya mengenai busana muslimah yang saya kenakan. “Kamu pasti diminta suami kamu untuk pakai pakaian seperti ini, ya?”, tebaknya. Refleks saya menjawab: “Duh, saya masih single, pak!!!” Bukannya balik menjawab, pak Henri malah tertawa terkekeh-kekeh (lama banget pula ketawanya) seraya berkomentar “kalau di Burkina, gadis-gadis tidak akan menutup-nutupi tubuhnya, hanya ibu-ibu saja yang menutup kepalanya. Harusnya kamu memperlihatkan keindahan tubuh kamu, siapa tahu ada pemuda yang tertarik...” sambil menyenggol lengan saya dengan sikunya. Aiiiihhhhhh..... kalau saja seumuran, gue jitak deh tu kepala-nya Pak Henri. Benci aku... *gaya banci kaleng* hu.. huu...- Sesudah itu, beliau kembali komentar “kalau di Burkina, kamu bisa-bisa juga disangka teroris lhoo kalau berpakaian seperti itu..” Hayyah..!! terusin aja, pak, ngeledeknya... :) - Poin terakhir, di Burkina Faso sana, Pak Henri saat ini sedang melakukan survei nasional yang terkait dengan kesehatan, khususnya kesehatan kaum ibu. Nah, metode pengambilan data yang digunakan, tidak dengan kuesioner yang paper-based lagi. Itu sih jadoel banget bagi mereka. Jangan Anda tebak pengambilan datanya internet-based ya, karena sambungan internet mereka juga masih terbatas jangkauannya. Alhasil, survei mereka menggunakan... PDA! Aje gile! Pak Henri bilang, mereka bingung setelah selesai nanti, PDA yang mereka miliki itu mau digunakan untuk apa, sambil senyum-senyum. “Ya nggak usah bingung-bingung, buat saya satu juga nggak apa-apa kok, pak.” batin saya dalam hati. Waktu itu Pak Henri sedang presentasi kegiatan tim-nya dan menyajikan gambar diatas ini. Wohoooo... dipilih! dipilih! :DNah, jadi, apa menurut Anda pelajaran yang bisa ditarik dari sedikit gambaran pak Henri tentang negaranya? Kalau saya, lha kok malah jadi tambah cinta Indonesia ya...??! :p #
Archives
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
December 2006
February 2007
May 2007
March 2008
April 2008
May 2008
June 2008
November 2008
January 2009
May 2009
June 2009
December 2009
November 2010
Subscribe to Posts [Atom]