Jendela Luluk

Thursday, June 16, 2005

 

Pak Laksono

Image hosted by Photobucket.com Meskipun (mungkin) tidak ada hubungannya sama sekali dengan bidang Anda pada umumnya, saya hanya ingin sedikit menginformasikan, orang yang satu ini 'hebat': Laksono Trisnantoro. Beliau merupakan salah seorang steering commitee dari seminar nasional yang saya ‘tekuni’ beberapa saat lalu. Sehari-harinya, beliau menjabat sebagai ketua dari sebuah lembaga dalam naungan FK UGM yang perhatian utamanya kini tercurah pada pelaksanaan kebijakan desentralisasi di sektor kesehatan di Indonesia yang dimulai sejak 4 tahun lalu.

Nah, apa yang membuat saya menghajar beliau dengan sebutan 'hebat'?

Dari personal-nya:
· Saat pertama kali berkomunikasi dengan email, saya tidak tahu bahwa bapak ini adalah seorang ‘dewa’. Saya cuek saja bertanya hal-hal ‘kecil’ yang pastinya bukan pegangannya lagi sekarang, sampai pada saat tertentu atasan saya menegur karena tidak sepantasnya saya menganggu beliau dan kecil kemungkinan email saya direspon oleh yang bersangkutan. Tapi tebak apa? Email saya dibalas, pertanyaan-pertanyaan kecil saya pun dijawab! :) (hahh!)
Saya kira semua setuju bahwa ‘orang besar menghargai orang kecil’ sangat langka dibandingkan ‘orang kecil menghargai orang besar’.

· Bukankah bagi seorang pakar sudah sepantasnya mendalami satu bidang tertentu, mengembangkan ilmu, menerapkan inovasi, dan dalam jangka panjang- berupaya untuk memajukan, menyejahterakan, dan meningkatkan derajat masyarakat dalam bidang apapun? Nah, (setelah saya lihat di buku-bukunya) bapak ini pun demikian. Memang dasar beliau pakar desentralisasi bidang kesehatan dari awal pencanangannya, mau dilebarkan kemana pun juga ya fokusnya hanya satu itu: desentralisasi kesehatan. Dari beberapa dukungan dana, terciptalah beberapa (pinjam istilah beliau) ‘catatan akademik’: buku-buku hasil penelitian anggota timnya, bulettin bulanan berisi hasil-hasil penelitian dari seluruh nusantara, situs web, pertemuan-pertemuan penyusunan kebijakan dan berbagai seminar. Dengan mengabaikan penerapannya oleh pemerintah kepada masyarakat (yang konon masih belum kelihatan akibat ‘potong sana-potong sini’), saya terkesan dengan terfokusnya minat dan effort beliau pada satu bidang, satu pemikiran, satu tujuan.
Sekali lagi, fokus pada satu tujuan itu penting! :)

Dari institusi-nya:
· UGM, nun di Jogja sana. Jangan dikira karena letaknya jauh, maka kualitasnya juga jauh dibawah. Jujur, untuk ini saya juga baru tahu dari bigboss yang ternyata sudah jauh-jauh hari kesal dengan sistem yang dijalankan disini, karena hobinya hanya ngutek-ngutek masalah internal, ewuh pakewuh dan birokrasi yang berlebihan. Menurut si bigboss, justru dengan cap ‘feodal’ yang melekat, UGM bisa berkembang maju dengan pesat. Pengembangan ilmu-ilmu baru dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sangat didukung, selama yang bersangkutan mampu. Tidak heran banyak pakar-pakar dari berbagai bidang di institusi ini masih muda belia. (duh, bahasanya..) :p

Bisa dibayangkan, pada satu acara seminar nasional, yang tadinya duduk di kanan dan kiri saya tiba-tiba saja keesokan harinya maju kedepan untuk menjadi pembicara utama, padahal usianya dengan saya (sepertinya) tidak terlalu jauh dan bila membandingkan dengan ‘institusi’ yang saya wakilkan... duuh kebanyakan yang maju sudah pada sepuh, nggak semangat nyimak kan jadinya? ;) *apa maksudnya nih*


Saya yang tadinya tidak tertarik, malah jadi tekun menelusuri buku program yang saya pegang untuk menemukan siapa saja yang jadi pembicara, apa topik dan bahasannya, mengapa dan bagaimana bisa terpilih untuk maju kedepan. Untuk selanjutnya, saya tidak kaget lagi melihat bapak-yang-saya-sebutkan-namanya-diatas ternyata sudah profesor! Padahal usianya terlihat jauuuuh lebih muda dari profesor saya, yang-tadi-sudah-saya-sebutkan-juga (sepuhnya). :D

Sudah, cukup. Tidak berlebihan kiranya ketika saya kok jadi kepengen sedikiiiit saja seperti bapak yang satu ini. Semoga.


Hormat saya, Pak Laksono!
---

Catatan: Siapa saja, tolong CMIIW (Colek Me, If I’m Wrong)


Comments:
dan "orang kecil" yang bersahabat dengan "orang besar", biasanya menjadi besar juga :)
 
woooiii, mbak... gw dr UGM berarti sebelumnya dianggap sebelah mata ya... hiks...
hebat, mbak... kalo pak laksono ini ngasih referensi mbak luluk buat dapetin beasiswa pasti lolos!!! congratulation in advance.
 
lho,lulusan UGM toh? ta' kira dari Undip. wah ya maap, bukan maksud memandang sebelah mata, kan terbukti skrg UGM selangkah lebih maju (apaan sih? :p)

boro-boro nge-referensi, wong yg namanya Luluk aja dia gak tau. kecuali.. kalo aku cabut ke UGM nih, hmm.. :)
 
Tau nggak Luk yang paling suka disombongin orang UGM itu: di UGM tidak ada mata pelajaran "sombong" hasilnya gini deh kayak gue...sombong melulu. Tapi kayaknya ada subyektifnya juga Luk, dikau mesti melihat dari dekat dulu..baru deh ketauan belangnya...kalau ada. Ibu Mufid
 
itu papanya temen sekelasku loh
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]