Jendela Luluk
Sunday, April 17, 2005
Cupika Cupiki
Entah kapan pertama kali cium pipi kanan cium pipi kiri (lebih singkat disebut cupika cupiki) mulai menjadi tradisi di Indonesia. Umumnya, ini terjadi antar perempuan yang mempunyai hubungan dekat atau pernah dekat sebelumnya. Lain halnya dengan cupika cupiki antara laki-laki dan perempuan. Saya ingat mulai mentradisi sejak Bapak BJ.Habibie menjadi presiden RI. Beliau gemar memberikan tangan untuk dijabatkan dan pipi untuk ditempelkan, pun kepada mereka yang berenis kelamin berbeda darinya. Apakah ini dilakukan dengan alasan demi lebih mendekatkan seorang pemimpin kepada yang dipimpin ataukah memang terbawa tradisi dari negeri tempat belajarnya dahulu, tidak jelas juga.
Saya, wah, udah nggak tahu berapa banyak memberi/menerima cupika cupiki kepada sahabat setelah sekian lama tidak bertemu, maupun setelah sholat berjama’ah dengan jema’ah perempuan tentunya. Kalau dengan laki-laki? Oh, pernah. Malah setiap tahun, ke ayah dan 2 adik laki-laki tercinta. Yah, meski tidak jarang berselisih paham karena bagaimanapun kita tinggal serumah, pada saat berhari raya harus dilakukan tuh, cupika cupiki, hehe.. :p
Bagaimana dengan laki-laki yang tidak ada hubungan darah sama sekali? Eh, mmm.. pernah sih sekali. Dengan seorang peneliti asing asal Belgia, bapak dari 2 anak yang menjadi tamu kami di kantor 2 minggu lalu. Kebetulan beliau merupakan wakil dari divisi dimana saya bekerja, sehingga selama kunjungannya disini divisi kami selalu menghabiskan jam kerja bersama. Ketika saatnya beliau dan rombongan berpamitan pulang, setelah menjabat tangan dan cupika cupiki kepada para big boss lokal, bapak ini menghampiri saya untuk berjabat tangan. Untuk urusan jabat tangan, kepada mereka yang saya nilai tidak membuat saya ‘kesetrum’, dengan senang hati saya ulurkan tangan saya untuk dijabat. Sambil mengulurkan tangan dan agak mundur sedikit-sedikit supaya beliau tidak berbuat yang macam-macam, saya menjawab ucapan terima kasih dan beberapa patah kata perpisahan darinya. Dan tiba-tiba saja, ohlala.. bapak ini mengulurkan pipinya mendekat ke wajah saya. Setelah beliau mendaratkan dengan manis pipi kanannya ke pipi kanan saya, cepat-cepat saja saya ulurkan pipi kiri untuk segera mensudahinya.
"Oh. Sure. I can give you three times if you want to", katanya, sambil memberikan cupiki ke saya.
"No. No. Two is enough", sambil buru-buru menyelesaikan ritual perpisahan yang merikuhkan ini.
Ih! Sial! Rupanya dia berencana memberikan cupika 1 kali saja -tanpa cupiki- tetapi saya sudah terlanjur mengulurkan pipi kiri! *Sumpah deh, malu banget* :">
Setelahnya, mungkin menarik pelajaran dari betapa ‘reseh’nya saya dan melihat rekan-rekan perempuan yang rata-rata mengenakan pakaian muslimah, bapak ini cukup hanya menjabat tangannya dan tidak berani memberikan cupika cupiki sembarangan. Padahal sebelumnya, beliau cuek ke bos-bos saya yang rata-rata perempuan. (Huuu..)
Well, nama saya lumayan terangkat di mata teman-teman karena mendapat cupika cupiki (yang tidak mereka dapatkan) dari Bapak 'B' dengan satu alasan, yang juga alasan utama saya menceritakannya disini- karena buat apa repot-repot mempermasalahkan cupika cupiki dari seorang bapak yang pasti Anda membayangkannya: tuir, botak, nggak cakep, aneh, culun, kaku dan pendiam. Padahal Bapak 'B' ini walaupun sudah punya 2 anak, tapi ehm.. keren, pinter, kharismatik, dan (kata temen-temen sih) mirip Peter Parker. Ganteng bo! Hihi.. ;p
Apakah itu berarti, harus sekeren Peter Parker jika ingin men-cupika cipiki Luluk?
Gila lu, emang gue cewek apa’aaaan...??! ;D
Archives
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
December 2006
February 2007
May 2007
March 2008
April 2008
May 2008
June 2008
November 2008
January 2009
May 2009
June 2009
December 2009
November 2010
Subscribe to Posts [Atom]