Semalam, seorang rekan ayah saya menelepon ke rumah yang kebetulan saya angkat dan sejujurnya, saya paling tidak bisa untuk berbasa-basi. Kalau saya tidak interest atau tidak punya keperluan kepada siapa saya berbicara, lebih baik saya diam.
Beberapa hari yang lalu saya tahu dari ibu, bahwa si bapak rekan ayah saya ini berkesempatan menjadi relawan selama 2 minggu di Aceh.
+ : Halo? Assalamu’alaikum?
- : Wa’alaikumussalam.
+ : Bapakmu ada? Pak Fanani nih.
- : Oh, ada. Sebentar ya, pak.
(Nah, setelah memanggil ayah saya, dan menunggu beliau datang ke pesawat telefon, saya tergelitik untuk menanyakan kabar terbaru dari Aceh dong.)
- : Uhm.. Bapak kapan pulang dari Aceh, pak?
+ : Saya sudah masuk kantor minggu ini
- : Wah, Oleh-olehnya apa nih, pak?
+ : Hah?? Oleh-oleh??! Kamu mau kepala orang!!? *tanpa tedeng aling-aling, dengan nada yang serius pula*
Weh.. Ih.. Hiiy.. Waduh.. *nggak bisa ngomong*
‘Nonjok’ banget nih bapak.Bingung saya mau ngomong apa.
Tapi untunglah tak lama kemudian gagang telepon sudah berpindah ke tangan ayah saya, yang langsung membicarakan rencana pemotongan hewan kurban besok pagi di lingkungan rumah.
Jadi mikir, apa mungkin kalimat pertanyaan saya yang salah ya?
Subscribe to Post Comments [Atom]
July 2004 August 2004 September 2004 October 2004 November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 December 2006 February 2007 May 2007 March 2008 April 2008 May 2008 June 2008 November 2008 January 2009 May 2009 June 2009 December 2009 November 2010
Subscribe to Posts [Atom]