Jendela Luluk
Friday, November 05, 2004
Buka Puasa Bersama Tapak Alam Hijau
Rabu sore, jadwal saya adalah berbuka puasa bersama dengan para sahabat yang tergabung dalam Tapak Alam Hijau (TAH), satu komunitas yang ‘kebetulan’ terbentuk dari wisata alam ke Taman Nasional Ujung Kulon (gila, saya gak bosen-bosennya nyinggung ‘TNUK’). :p
Nah, apa yang unik dari acara ini?
Mmmh.. Sejak sekitar seminggu yang lalu topik mengadakan buka puasa bersama menjadi diskusi hangat pada ‘milis’ TAH. Sempat tercetus usulan untuk berkumpul di suatu tempat makan di Sarinah Thamrin, tetapi usulan lain yang berasal dari ‘bapak ketua panitia’nya terlihat lebih kuat. Tentu, dengan disertai alasan ‘agar bersamaan waktu dengan latihan panjat dinding’, penentuan lokasi untuk berbuka puasa di Arena Panjat Dinding Pasar Festival menjadi lebih efisien dan efektif. Haah? Buka puasa di Arena Panjat Dinding? Ya. Kenapa tidak? Justru asik, seru, dan lain daripada yang lain.
Dan karena November penghujan sudah datang (mengutip Sapardi), menjelang sore, Depok diguyur hujan lebat yang menyebabkan jalan sepanjang kampus Universitas Pancasila sampai dengan kawasan Pasar Lenteng menjadi tergenang air. Diperparah dengan adanya jadwal teleconference pada pukul 4 sore di kantor, mengakibatkan saya keluar kantor sudah menjelang pukul setengah lima, dan sampai di Condet, tempat untuk bertemu dengan Mbak Nurul sang istri pak ketua (ehm.. ehm..) & Pak Kamaluddin ayahandanya yang alumni jalan ke TNUK, sudah lewat dua puluh menit dari pukul lima. Bisa menebak sampai di Kuningan jam berapa? Setengah tujuh malam. Hehe.. Buka bersama dalam mobil deh.. :p
Sesampainya di Arena Panjat Dinding Pasfes Kuningan, setelah sebelumnya Sholat Maghrib di musholla parkiran bawah, sudah berkumpul sahabat-sahabat TAH yang ternyata juga rata-rata baru saja tiba di lokasi, terkecuali tentu saja panitia konsumsi.
Yeah!! Ketemu lagi sama Kak Febie yang kerap full smiling, Kak Sinur yang tiba-tiba kok bisa nginvite (duh, bahasanya) saya di friendster, Mbak Dian dan Mbak Evi yang senang hati menyiapkan ransum buka puasa, Kang Mul dengan kacamata barunya setelah yang lama hilang jatuh di laut Ujung Kulon, Mas Farid sang fotografer yang hasil slidenya bagus-bagus banget (+kameranya juga bikin saya mupeng), Mas Adam yang terobsesi mempersiapkan diri sebelum benar-benar naik gunung beneran, Mas Eka yang ssst..ternyata di friendster banyak penggemarnya loh (haha..!), David yang tinggi menjulang dan memuji kamera saya melulu padahal jelas-jelas Nikon Coolpix-nya lebih oke, Edi si tukang sulap yang over-creatif pula membuat kenangan jalan ke TNUK kedalam VCD, Boim si wartawan Hai yang saya baru tahu ternyata baru tahun pertama dengan status mahasiswa (hebat dong, udah kerja), dan juga Mas Boed aktifis milis Pangrango yang genk-nya sebenarnya ada di kelompok yang duduk tepat di depan dinding panjatan tetapi karena hmm..mungkin pakaiannya yang kostum kerja kantoran membuat lebih cocok bergabung dengan kita-kita, haha..! :D
Eh, eh, lupa. Ada satu lagi belum kesebut, si Hamzah mahasiswa abadi (abis gak lulus-lulus) yang ternyata ngangenin euy.. (duh, mudah-mudahan dia gak baca postingan ini) hihi.. :p --cepetan lulus napa, zah! naek gunung mulu..
Setelah makan malam lesehan dengan menu ayam taliwang-plecing kangkung yang nikmat dan berbincang akrab, Mas Deni ‘sang ketua panitia TAH’ (padahal belum ditetapkan secara resmi ya??) memulai aksi panjat dindingnya. Menurut penuturan beliau, jadwal latihan panjat dinding yang dikoordinasi oleh milis pangrango adalah setiap Rabu dan Jum’at, sehingga beliau pun kerap rutin menyambangi arena panjat dinding ini. Hmm… ucapannya ternyata bisa dibuktikan dengan sigap dan cepatnya beliau menuju puncak gemilang cahaya.. eh salah, puncak dinding panjatan. Sip deh. Kejadian ini cukup membuat Kang Mul tergoda mencoba karena terlihat mudah bagi dirinya yang ‘ringan’ berat badan, akan tetapi ketika diingatkan Kak Febie bahwa ringan badannya belum tentu ringan dosanya, membuat Kang Mul berpikir-pikir kembali. Hehe.. :p Lain halnya dengan Boim yang cukup sigap juga, tetapi tidak berhasil sampai ke puncak (padahal tinggal satu pijakan lagi tuh, im).
Tak ketinggalan pula --dan saya rasa ini hal yang wajib dilakukan jika ada seorang ‘Edi’ dalam suatu forum-- diadakan pertujukan sulap menghilangkan uang pecahan 1000 rupiah untuk kemudian tiba-tiba muncul di sakunya David! Saking terpesonanya para penonton membuat Edi mengulangi pertunjukannya, dengan tetap membuat para penonton terheran-heran dan bertepuk tangan. Sayang dia tidak membawa kartu, sehingga tidak bisa mempraktekkan kemahiran kecepatan tangannya seperti pada pertunjukan pada waktu di atas kapal sepulang dari Ujung Kulon lalu. Saya tunggu saja deh kapan masuk TV-nya, Ed! :D
Tanpa terasa, malam merambat melewati pukul sembilan membuat kami menyudahi aktivitas untuk pulang ke rumah masing-masing. Dari perbincangan singkat, tersusun berbagai keinginan untuk kembali melakukan kegiatan wisata alam di waktu mendatang dan tak lupa memohon doa untuk kelancaran perjalanan menuju Gunung Kerinci 15 November mendatang. Hmm.. What a journey..
Tak ada yang bisa menandingi acara buka puasa saya di arena panjat dinding kali ini..
~berfikir, kapan bisa berbuka puasa bersama di pinggir tebing beneran
Archives
July 2004
August 2004
September 2004
October 2004
November 2004
December 2004
January 2005
February 2005
March 2005
April 2005
May 2005
June 2005
July 2005
August 2005
September 2005
October 2005
November 2005
December 2005
February 2006
March 2006
April 2006
May 2006
December 2006
February 2007
May 2007
March 2008
April 2008
May 2008
June 2008
November 2008
January 2009
May 2009
June 2009
December 2009
November 2010
Subscribe to Posts [Atom]