Jendela Luluk

Sunday, October 31, 2004

 

Surah Penghujan



(ayat 9)

butir air yang hampir jatuh dari ujung daun tak
membayangkan dirinya air matamu ia pun menetes ke tanah becek
- sejak itu kau tak pernah lagi melihatnya sejak saat itu ia menjadi
inti kerinduanmu: semoga nanti ia menjadi awan putih yang suka
menghalangi matahari di musim kemarau
, ujarmu
*

dan Kusaksikan lautan bergolak dalam manik matamu
tidak menyaksikan-Ku yang sedang menyaksikanmu


(ayat 13)

saat ini Kusaksikan kau menggeliat dan berangkat dan
bergumam ini November dan penghujan akan segera memaksaku
menyalakan api
dan Kusaksikan November menyentuhkan
punggung tangannya ke ranting pohon yang kautanam di luar pagar
rumahmu dan menjenguk lewat jendela kamarmu yang rendah
dan ia tampak gemetar karena rindu yang tak mungkin dipahami
siapa pun

*

dan Kusaksikan November menatap-Ku dan tidak tahan
menatapmu


(Lagi-lagi) Sapardi Djoko Damono, dalam Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro?, 2003.



Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]