Jendela Luluk

Friday, February 25, 2005

 

ilmuwan adalah...


ilmuwan adalah jenis orang-orang yang ramah, ateis, pekerja keras, dan senang minum bir.
--Yann Martel


Setuju.
Mereka tipikal yang jika sedang tidak fokus pada ilmu pengetahuan senang menghabiskan waktu dengan hura-hura, tapi pada jam-jam kerja sangat fokus pada pekerjaan, termasuk menjelang week end!


~Pusiiing

Tuesday, February 22, 2005

 

Bos, Ingatkah Anda Ketika Menjadi Bawahan?

Pada rapat bulanan rutin kantor kamis lalu, ada agenda rapat yang lain dari biasanya. Sore itu, dicetuskan usulan untuk –percaya atau tidak- jalan-jalan plesiran ke Thailand dan Singapura!! Diharapkan kepada seluruh karyawan untuk menabung tiap bulan dan berangkat jika batas maksimal biaya perjalanan sudah terpenuhi. Well, saya rasa ‘menabung per bulan’ bisa ‘dikerucutkan’ menjadi ‘potong gaji per bulan’.

Setelah beberapa saat tidak ada kesepakatan, tibalah saatnya voting. Yang setuju tunjuk tangan yang tidak setuju.. nunduk! Duh, kanan kiri tunjuk tangan. Saya? mesem-mesem gak ada manisnya, pura-pura telmi. Alhamdulillah, tidak sedikit pula yang berusaha menahan tangannya agar tidak ikut menunjuk ke atas.

“Lho, dek Luluk nggak ikutan? Ayo dong!” Ada yang berkata demikian yang sedikit pun saya tidak berani menatap matanya. *Mati deh gue. Pake segala ditegor. Apes bener*

Ah, saya jadi teringat tayangan yang pernah saya tonton suatu kali –duh,lupa kapan hari penayangannya- yang saya sangat terkesan dengan ide acaranya. Judul acaranya Back to the Floor. Sebuah sajian dari BBC London divisi pendidikan, yang menyuguhkan tantangan bagi para petinggi perusahaan yang cukup sukses, untuk beberapa waktu tertentu mencoba mengambil posisi tugas karyawannya yang paling rendah. Si bos perusahaan ini sebelumnya harus teken kontrak agar terikat dengan janji kesediaan menerima tantangan acara ini. Iyalah, big boss gitu looh.. :)

Waktu itu, yang kebetulan saya tonton adalah edisi bos sebuah perusahaan besar pemindahan barang, yang mengambil alih tugas seorang karyawan bawahan yang tentu saja adalah si tukang mindah-mindahin barang yang segede-gede gaban. Si bos ikut mengenakan seragam para tukang, ikut mengendarai truk-truk besar yang tidak nyaman, dan ikut berputar-putar karena sang pengemudi truk kerap tersasar menuju rumah yang barang-barangnya hendak dipindahkan. Sesampainya di rumah tujuan, si bos harus membungkus satu-satu barang-barang kecil dengan kertas agar tidak cacat saat bersinggungan, sampai dengan menurunkan sofa yang ada di lantai dua lewat balkon!

Tidak hanya itu. Ketika mampir ke kantor cabangnya, si bos harus menerima panggilan telefon dari beberapa klien yang mengutarakan klaim atas kerusakan barang-barangnya. Dan parahnya, ketika meneruskan panggilan telefon ke kantor pusat untuk melakukan pengecekan terhadap beberapa masalah klien yang harus dia selesaikan... apa yang terjadi? Sambungan telefon ke kantor pusat selalu mendengungkan nada sibuk. Putus asa, si bos menanyakan kepada wanita yang sehari-hari mengangkat telefon dari klien, apakah sering mengalami kejadian seperti yang dialaminya. “Setiap menit, pak”, jawab si wanita. Si bos langsung berkomentar: “wah, saya saja sudah merasa cukup tertekan sekarang ini”.

Fantastis!! Sungguh luar biasa seorang pucuk pimpinan mau dengan suka rela melakukan semuanya. Terlepas dari kemungkinan mereka pernah mengalaminya disaat-saat awal meniti karir, pengalaman merasakan kembali beban kerja bawahan setelah berada pada puncak karir cukup mengesankan. Tentu saja, setelah kembali ke posisinya sebagai pucuk pimpinan, banyak kebijakan baru yang diambil berkenaan dengan pengalaman yang baru saja dialaminya.

Saya coba untuk berfikir ekstrim. Kira-kira bos saya sendiri bisa tidak ya melakukan (yah, meskipun tidak seberat harus ngangkat-ngangkat sofa seperti yang saya ceritakan diatas) tugas-tugas bawahannya? Dan, kemudian hasil kerjanya dihabiskan untuk.. duarr! hilang, sekejap mata.

Duhai para atasanku, tidakkah kalian sadari betapa beratnya memimpikan jalan-jalan keluar negeri tanpa memikirkan beban kerja, kewajiban-kewajiban pengeluaran tiap bulan, membayar tagihan-tagihan dan tabungan pribadi yang sedikit-sedikit disisihkan untuk modal hidup kedepan nanti?

Banyak hal berguna lainnya dapat dilakukan dari uang yang dihabiskan untuk sekedar ‘jalan-jalan’ keluar negeri.

---

# Back to the Floor bisa dilihat di versi stasiun televisi PBS milik Amerika maupun CBC milik Kanada.
# Tulisan ini tidak mengurangi rasa hormat dan penghargaan saya terhadap atasan. Cuma, ya itu saja, rentang kuintil diantara kita ternyata berbeda jauh, hehe.. :)


Wednesday, February 16, 2005

 

Bau 'khas' Vs Vitamin B12



Kata orang, untuk menghilangkan bau khas petai (atau pete, bahasa gaulnya) setelah nikmat menyantap masakan yang ada petai-nya adalah sesegera mungkin menyantap masakan yang ada jengkol-nya. Dijamin bau petai-nya akan segera lenyap, digantikan dengan bau khas jengkol yang juga ‘khas’.

Nah, bagaimana mengatasi bau khas jengkol yang memang sangat khas ini? Konon, menurut sumber yang sangat dipercaya (seorang ibu yang baru bergabung di kantor kami) adalah dengan sesegera mungkin menelan 1 butir pil Vitamin B12. Tidak peduli semurah apapun vitamin yang Anda telan, akan berpengaruh dahsyat terhadap pengentasan aroma tidak sedap akibat dari menyantap jengkol. Si ibu rekan kerja saya ini bahkan hanya memakan vitamin merk IPI (pernah denger? Beberapa butir vitamin dalam kotak kecil warna-warni) yang banyak dijual bebas di warung-warung. Menurut beliau, setelah memakan si vitamin B12, tidak ada keluhan apapun dari orang rumah, dan bahkan tidak ada yang tahu bahwa pada saat makan siang beliau menghabiskan beberapa potong jengkol.

Ayo, bagi Anda penggemar masakan jengkol, boleh dicoba tuh!
Keefektifannya, yaa saya hanya meneruskan rekan kerja saya tadi saja, selebihnya jangan tanya saya. Saya nggak doyan petai. Apalagi jengkol. :D

Keterangan foto:
2 orang tamu peneliti asing (1 dari Malaysia & lainnya dari Inggris) sedang mengamati buah petai yang tengah ranum di pohonnya, saat berkunjung ke lapangan beberapa waktu yang lalu.
What do people afraid of by eating this kind of unique fruit, anyway? pikir mereka. hihi..

Tuesday, February 08, 2005

 

Tergila-gila Keitai Denwa


Yaapari keitai denwa wa taisetsu na mono desu yo! ;)

Boleh nemu di file-nya Mas Deni. Iseng dipotret pakai kamera Nikon Coolpix 5700, lensa Nikkor ED, 8X Digital Zoom (equal with 35 – 280 mm of 35 mm format camera) f/2.8 – f/4.2, Auto Focus contras-defect Through-The-Lens (TTL), waktu nungguin densha.

~dasarNihonJin


Monday, February 07, 2005

 

Aedes Aegypti Vs Betta Splendens

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare.

Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Seperti:
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.
Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.
Melipat / menghindari pakaian / kain yang bergelantungan di dalam ruangan dan pemakaian gorden berwarna gelap.
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.

Akhir-akhir ini Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang giat-giatnya mengadakan program Jum’at bersih. Di kelurahan saya, Kelurahan Kebagusan tercinta (ehm), setiap Jum’at selalu diadakan gerakan pembersihan lingkungan untuk mencegah Penyakit Demam Berdarah. Di lampu-lampu merah perempatan jalan, para petugas kelurahan membagikan selebaran dan kalender yang mengingatkan bahaya penyakit ini.

Tak terlepas pula, ibu saya yang alhamdulillah.. lumayan ‘concern’ terhadap masalah ini. Tiba-tiba saja, ketika sepulang kerja malam itu saya masuk kamar mandi untuk mandi, di bak mandi keluarga saya sudah berenang-renang kesana kemari 2 ekor ikan cupang (betta splendens –dalam Bahasa Latin) sebagai ikan pemangsa jentik-jentik nyamuk. Cuma 2000 rupiah lho, 1 ekornya. Kalau belinya banyak malah bisa 1000 rupiah seekornya. Eh, jangan salah, ikan ini tidak menyebabkan air berbau amis dan kotorannya pun hampir tidak ada, asal rajin-rajin menguras tiap 1-2 minggu. Konsekuensinya yaaa cuma itu aja sih.. saya jadi lebih senang berlama-lama di kamar mandi. Mainan ikan! :p hihi..

Ayo, peliharalah ikan cupang di bak mandimu untuk mencegah demam berdarah..! ;D


Friday, February 04, 2005

 

Plesiran Tempo Doeloe: Station Beos & Gedong N.H.M.



Halo halo halo semua! Dengan bangga, kembali saya laporkan plesiran saya dengan komunitas ‘Sahabat Museum’, setelah sebelumnya saya juga pernah mengikuti Naik Sado Koeliling Menteng. Plesiran Tempo Doeloe Sahabat Museum kali ini adalah mengunjungi Stasiun BEOS dan Gedong N.H.M (Nederlandsche Handel-Maatschappij) / Gedung Museum bank Mandiri.

Pada Minggu (30/1), ketika jam menunjukkan angka 8 di lobby gedung NHM, -dengan peserta duduk lesehan- acara dimulai dengan presentasi mengenai komunitas sahabat museum oleh 3 orang dedengkotnya -Mas Adep, Mbak DeeDee & Mas Arief- dan kemudian dilanjutkan dengan penyajian dari 2 orang Pusat Arsip Nasional mengenai sejarah Stasiun Beos.

Tentu saja acara selanjutnya adalah mengelilingi Stasiun Beos, dengan berbekal roti anak buaya yang dibagikan panitia. Asyik sekali menikmati acara didampingi team leader yang berusaha menjawab pertanyaan –sesekali dengan jawaban ngaco, hehe..- sambil potret sana-sini. Berasa turis banget dah! :p

Oke, berikut ini petikan materi dari hand-out yang telah dibagikan panitia:

STATION BEOS – Jl.Taman Stasiun Kota No.1 Jakarta-Kota

Gedung Stasiun Kota yang terletak di Jl.Pintu Besar Utara merupakan salah satu dari stasiun kereta api tertua di Jakarta yang memiliki peran penting sebagai penghubung Jakarta dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Letaknya sangat strategis di dalam kawasan bisnis perdagangan kota lama Jakarta.

Bangunan ini didesain pada tahun 1915 untuk menampung kegiatan transportasi dan banyaknya jalur hubungan antara Jakarta dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Jalur kereta api pertama Jakarta-Bogor dibuka pada tahun 1873. Pada tahun-tahun berikutnya, jalur-jalur lain yang menghubungkan pusat kota Jakarta ke Bandung dan Yogyakarta pun segera dibuka.

Bangunan yang diresmikan pada tahun 1929 ini masih berfungsi dengan baik sebagai stasiun sampai saat ini. Gaya Art Deco sangat kuat menghiasi seluruh bangunan ini yang didalamnya terdapat banyak bagian yang masih asli. Bangunan ini mempunyai 3 pintu masuk yang sama nilainya dari segi fungsi dan arsitektur. Letaknya menjadi bagian dari Taman Stasiun Kota yang terletak di pintu masuk bagian barat sehingga dengan sendirinya gedung Stasiun Kota ini sudah menjadi landmark di kawasan sekitarnya.

Didesain oleh biro arsitek yang terkenal pada masa itu yaitu AIA Bureau, bangunan ini mempunyai struktur atap lengkung dengan konstruksi baja yang sangat indah dan kuat sampai saat ini. F.J.L.Ghijsels, arsitek yang mendesain bangunan ini, juga mendesain jam yang terletak di taman depan gedung ini dengan gaya yang sama.

Nah, mengapa disebut BEOS?
Kata si meneer:
Dit was het eindstation van de Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij voor de lijn naar Bekasi en Krawang. In de volksmond heette het Beos, de fonetische uitspraak van de letters B.O.S.
hihi.. :D ~puyeng dah

Yang artinya:
(Stasiun) ini merupakan perhentian terakhir dari Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (Perusahaan Kereta Api Timur Batavia/Batavian Easter Railway Company) di jalur Bekasi dan Kerawang. Di kalangan rakyat (stasiun) ini bernama Beos, pelafalan fonetik dari huruf-huruf B.O.S.

***

Baik. Setelah ngubek-ngubek stasiun, kita kembali ke Gedong NHM untuk kembali mengikuti presentasi kali ini dengan bahasan Gedong NHM kira-kira setengah jam, dan kemudian disambung dengan wuuh.. muter-muter gedung NHM yang luaaaaas was was was! Sampai hampir makan waktu 2 jam bo! :p

Ini, petikan materinya:



GEDONG FACTORIJ NHM – Jl.Lapangan Stasiun No.1 Jakarta-Kota

Bagi kalangan pengamat arsitektur, bangunan warisan kolonial yang terletak di kawasan Beos, tepatnya didepan stasiun kereta api Jakarta-Kota, adalah sebuah karya masterpiece. Arsitekturnya cederung sederhana namun memiliki nilai estetika tinggi. Baik dari desain gedung yang indah dan proporsional maupun detail dan ragam hiasnya yang menawan.

Menurut data sejarah, bangunan yang terakhir digunakan sebagai Kantor Pusat ex-Bank Exim sampai tahun 1995 ini, dirancang oleh dua orang arsitek Belanda, yakni J.J.J.de Bruyn,A.P. dan C.van der Linde. Tahun 1929 gedung ini mulai dibangun oleh kontraktor Nedam dan diresmikan 14 Januari 1933 sebagai gedung Factorij Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) – sebutan lainnya Netherlands Trading Society (NTS) – oleh C.J.Karl van Aalst, Presiden ke-10 NHM saat itu.

Gedung yang berlokasi di Stationplein 1 – Binnen Niuewpoortstraat ini didirikan diatas tanah seluas 10.039 M2 (sebelumnya terdapat bangunan Schlieper yang terbakar tahun 1913) dalam satu taman yang luas menyatu dengan gedung Stasiun Kereta Api di seberangnya. Dengan foreground hijau terbuka dan luas, gedung Factorij NHM kala itu terlihat sangat megah dan monumental.

Bangunan berarsitektur Indisch gaya Nieuw-Zakelijk ini, memang masih memiliki pesona yang kuat. Arsitekturnya sendiri sebetulnya cenderung sederhana. Gedung empat lantai seluas 21.509 M2 dengan arsitektur yang simetris, memiliki main entrance tepat di tengah bagian depan bangunan. Ketinggian permukaan lantai dasarnya lebih tinggi dari jalan raya, sehingga kesan pada entrance-nya terasa anggun. Lantai Lobby dan ruang direksinya memakai bahan mozaik keramik, sedangkan ruangan yang lain memakai tegel ubin biasa.

Salah satu bagian yang menarik dari gedung bersejarah yang masuk dalam pelestarian cagar budaya di kawasan Oud-Batavia ini, adalah ragam kaca patri yang menggambarkan adanya 4 musim dan tokoh nahkoda kapal Belanda, Cornelis de Houtman yang mendarat di Banten tahun 1596. Terdapat juga kaca hias yang disumbang oleh C.J.Karl va Aalst atas nama Ratu Kerajaan Belanda. Keunikan lain gedung ini mempunyai koridor yang total panjangnya hampir 1.5 Km, cocok untuk jogging sambil menikmati keindahan interior sekaligus koleksi museum Bank Mandiri. Ruangan khasanah (kluis) yang terdapat di lantai dasar luasnya pun tidak tangung-tanggung, 942 M2. Luas banget!

Sekarang bangunan kuno yang masih menyisakan nilai-nilai arsitektur dan sejarah sebuah gedung perbankan ini, akan digunakan sebagai salah satu kegiatan sosial Bank Mandiri dalam rangka mempublikasikan sejarah perkembangan berdirinya. Upaya menjadikan gedung ini sebagai Museum, merupakan langkah kongkrit melestarikan peninggalan bersejarah.
***

Yup! Demikianlah pelajaran sejarah kita hari ini.
Oh ya, ada pertanyaan kuis yang dilontarkan team leader sewaktu kami keliling gedung: “Berapakah jumlah hantu yang mendiami Gedong NHM ini?”. Yang berhasil menjawabnya dengan benar adalah seorang bapak dari Bank Mandiri yang mendampingi kelompok kami selama berputar-putar menikmati koleksi museum, yaitu 446 hantu ! Whaiyaaaa…!! Beruntung sekali rombongan saya tidak berlama-lama di ruang besi penyimpanan uang dan dokumen berharga, karena kabarnya pada jaman Belanda dulu, para meneer yang meninggal dan hendak dilayarkan kembali ke negerinya diinapkan terlebih dahulu di ruangan tersebut. Hmm... si meneer berharga juga ya?? :p

Ya sudah, setelah acara plesiran yang murah meriah ini berakhir, saya benar-benar melaksanakan niat saya untuk... hunting DVD =tentusajabajagan= di Mangga Dua, huahahaa.. :D ups!!

Sumber Materi: Sahabat Museum dan Pusat Dokumentasi Arsitektur
Model : Poppy
Tukang Moto : Luluk ;)


Tuesday, February 01, 2005

 

Ada saatnya ketika saya berada pada kondisi yang amat melelahkan, senang sekali rasanya melihat-lihat foto teman-teman.

@ Pantai Pulau Pecang, Sept 2004


Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]