Jendela Luluk

Wednesday, May 24, 2006

 

Taman Makam Menteng Pulo



Pernah jalan-jalan ke kuburan? Jalan-jalan yang beneran jalan-jalan, bukan ziarah lho..! Saya dan 10 orang teman pada Sabtu 2 minggu lalu punya kesempatan plesiran ke kuburan Belanda di Menteng Pulo. Letak persisnya, di sebelah Timur dari kompleks Apartemen Kuningan, dan di sebelah Utara Park Lane Hotel, Casablanca. Aneh memang, plesiran kok ke kuburan. Kalau saya belum pernah lihat kuburannya seperti apa, saya juga pasti males ikut. Kebetulan dulu pernah ada seminar di Park Lane Hotel dan saat sholat di lantai 7-nya, gileee... tempat pemakaman apa dibawah itu, bagus dan terawat rapi. Banyak sekali nisan berbentuk salib, tapi ditengah-tengah terdapat bangunan menyerupai masjid. Sempat terpikir bahwa pekuburan itu adalah makam para penjajah Belanda, tapi karena nggak ada yang bisa ditanya, ya sudah... lewat begitu saja rasa penasarannya.

Lama setelah itu, ada seorang teman yang memprovokasi untuk berkunjung ke taman makam diatas. Ternyata, tidak sembarang orang lho boleh masuk ke lingkungan makam. Mereka yang bukan anggota keluarga atau ahli waris sang ahli kubur (yang biasanya wong Londo), diharapkan membuat surat ijin tertulis disertai identitas lengkapnya. Yoan, teman saya itu rela survei dan bolak-balik mengurus surat perijinan demi teman-temannya. Asyik banget deh, yang lain tinggal serahkan biodata dan menunggu tanggal kepastian perginya. Makasih, Yoan!

Ereveld Menteng Pulo

Kuburan Belanda ini namanya Ereveld Menteng Pulo. Dari 7 taman makan Belanda: Ereveld Menteng Pulo, Ancol, Pandu (Bandung), Leuwigajah (Cimahi), Kalibanteng (Semarang), Candi (Semarang) dan Kembang Kuning (Surabaya) – taman makam yang di Menteng Pulo inilah yang paling dikenal. Terutama karena adanya Gereja Simultan dan Columbarium yang memiliki kesan yang mendalam, dan juga unik.

Pada 8 Desember 1947, Letnan Jenderal S.H. Spoor sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, membangun ereveld Menteng Pulo diatas tanah wakaf seluas 29.000 m2 dari pemerintah Kota Batavia kepada Dinas Pemakaman Tentara Belanda. Di Taman Makam Menteng Pulo, jenasah para korban kamp-kamp internir Jepang dan tentara Belanda meninggal dunia saat periode perlawanan fisik (1945-1949) dan berasal dari Banjarmasin (1961), Tarakan (1964), Menado (1965), Palembang (1967), Balikpapan (1967), makassar (1968) & Cililitan (1968).

Saat ini lebih dari 4000 jenazah dimakamkan di taman makam ini. Pada tulisan-tulisan yang ada di batu nisan, dapat diketahui bahwa tidak hanya orang Belanda saja yang dimakamkan di Menteng Pulo, tetapi ada pula nama-nama pribumi, dan kaum Tiong Hoa. Merekalah orang-orang yang pernah tergabung dalam KNIL, angkatan bersenjata-nya Belanda. Bentuk nisannya juga bervariasi: bentuk salib, bentuk perisai dan bentuk nisan orang muslim. Pengurus taman makam Menteng Pulo ini mempunyai kebijakan untuk tidak memfoto nisan secara langsung demi menghormati keturunan dari jenazah yang ada disini. Sip deh, pak! (“,)b

Simultaankerk

Nah, yang saya kira bangunan masjid tadi ternyata gereja! Namanya Gereja Simultan. Bagian dalamnya bersiiih sekali dan terawat rapi. Yang paling menarik dari gereja ini adalah menaranya yang setinggi 22 meter. Pada balkon menaranya, terdapat 4 simbol agama besar di dunia: Islam (bentuk bulan & bintang), Kristen (bentuk salib), Yahudi (bentuk bintang bermata 6) dan Budha (bentuk Yin&Yang). Tujuannya mungkin untuk melambangkan keragaman agama yang dianut para jenazah di Menteng Pulo ya..? Hmm.. Ide yang bagus.

Columbarium

Persis disebelah gereja, ada yang namanya Columbarium, yaitu serambi yang ditopang dengan pilar batu, yang ceruk-ceruknya berisikan 754 jiwa abu jenazah tawanan Belanda yang dikirimkan dari Jepang. Penyusunan abu berdasarkan alphabet dan hebatnya, semua tertata rapi, apik dan bersih. Agak merinding juga sewaktu berjalan di serambi ini. Di atas pilar batu terdapat berbagai bentuk medalion yang diukir pada tembok. Medalion ini merupakan simbol-simbol. Simbol yang pertama adalah simbol dari empat agama (seperti di menara gereja), simbol yang lain menggambarkan kehidupan, kematian, waktu, reinkarnasi dan keabadian.

Di tengah Columbarium terdapat kolam yang dikelilingi dengan arsitektur yang cantik. Kemudian di pojok dari Columbarium terdapat menara kecil yang beratapkan kubah seperti buah pir. Dari kejauhan, si buah pir ini-lah yang mirip kubah masjid, padahal gereja :-). Di dalam menara ini terdapat abu dari tentara yang tidak dikenal. Terdapat pula altar untuk berdoa dan di dindingnya terdapat relief yang menggambarkan sosok wanita dengan tangan ke atas. Pada tangan kanannya wanita tersebut membawa obor, sementara di atasnya tertulis “De Geest Heeft Overwonnen” (katanya, ini artinya “Jiwa/Spirit yang menang dalam perang”). Tulisan ini merupakan semboyan dari Dinas Pemakaman Tentara – KNIL.

Monumen

Di taman makam Menteng Pulo ini terdapat beberapa monumen, diantaranya adalah monumen Divisi 7 Desember, monumen angkatan udara dan angkatan laut. Di dalam gereja sendiri ada monumen Salib Birma yang dibuat dari kayu bantalan rel kereta api, ditujukan untuk mengenang korban yang jatuh saat pembangunan rel kereta api di Birma.

Terakhir, kalau Anda mau berkunjung ke taman makam yang indah ini, jadwal berkunjungnya adalah setiap hari, dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Tapi harap diingat, tidak sembarang orang bisa masuk ya... Kalau punya kenalan atau kerabat yang moyangnya dimakamkan di makam ini, sepertinya akan lebih baik, karena disamping bisa sekalian berziarah, suasana syahdunya akan lebih terasa... (halah! padahal kuburan penjajah tuh! :D) #

---

Sumber tulisan:

Leaflet Ereveld Menteng Pulo terbitan Oorogsgravenstichting/OGS (yang mengurus semua makamBelanda), diterjemahkan rekan saya pak Hatmanto. Makasih, pak!


Sunday, May 21, 2006

 

Saat Emak Ikut Aksi

Jum’at malam, emak saya di rumah tiba-tiba bilang: “Luk, mamah pengen ikutan ke H.I. ah, Hari Minggu.” Selidik punya selidik, ternyata beliau ingin ikut acara Aksi Sejuta Umat Menolak Pornografi dan Pornoaksi yang kali ini dikoordinasi Majelis Ulama Indonesia, mengambil rute dari Bunderan H.I. ke Gedung MPR/DPR. Kadang, emak memang senang bikin kejutan yang aneh-aneh. Dulu pernah beliau minta dibelikan kaset grup rock lawas Scorpion, padahal emak-emak yang lain sedang tergila-gila dengan Siti Nurhaliza. “Yang gambar kasetnya kalajengking itu lho, Luk!” Haduh, emakku ini.. :p

Awalnya bingung juga, karena kalau sudah punya keinginan, emak biasanya susah dicegah. Setelah saya pinjamkan kaos putih dan topi rimba biar nggak kepanasan, Minggu subuh itu, beliau berangkat menuju H.I., sendirian. “Jangan lupa deket-deket kamera TV biar kesorot, mah!” pesan saya.

Kira-kira pukul 1 siang, emak tercinta sudah sampai di rumah kembali, dengan oleh-oleh ikat kepala, beberapa selebaran dan poster aksi.

“Wuih rame banget, Luk, baru kali ini mamah masuk pager gedung DPR. Inneke, Astri Ivo, U.J., Zainuddin MZ, Din Syamsudin deket banget di depan mamah, orang mamah paling depan berdirinya.”
“Salaman nggak?”
“Nggak bisa, panggungnya kan tinggi. Untung berangkat pagi-pagi. Coba tadi kalo ngumpul dulu ama yang laen, nggak bakalan bisa masuk Gedung DPR deh.”

“Tadi mamah sempet lama tuh deket-deket ANTV, ternyata penyiar yang suka baca berita jam 5 itu tuh, Luk, yang muka Arab itu, orangnya kecil banget, setinggi mamah gini doang. Kirain tinggi.”
“Trus tadi pas dia lagi siaran mamah ke depan kamera TVnya nggak?”
“Orang ditungguin nggak siaran-siaran, mamah tinggal aja. Abis lama banget.”
“Yaaaah... nggak jadi masuk TV deh.”

“Trus tadi ada tukang cendol kejebak ditengah-tengah orang-orang di DPR. Banyak ibu-ibu yang ngomel-ngomel:‘Pak, kalo dagang jangan ditengah jalan dong, susah nih lewatnya’, si abangnya cendolnya ngejawab:‘Saya juga kejebak ini bu, mau ke pinggir jalan’, trus ada ibu-ibu dibelakangnya teriak:‘udah, kita minum aja cendolnya!!’ ”
“Enak banget, minum cendol gratis dong, mah?”
“Ya enggak, tadi mamah teriakin aja ‘Huuuuh, provokator tuh!!’ ”
“Marah nggak dia?”
“Ngeloyor aja tuh ibu-ibu, emang dasar.”

“Trus ada juga ibu-ibu yang orasi semangat banget, tapi mamah dengernya ujungnya doang karena jauh, tapi kok rasanya aneh.”
“Aneh apanya?”
“Dia bilang: ‘Mari kita dukung RUU APP, sesuai dengan ajakan para kiai, tapi ada satu yang kita kaga usah temenin itu kiai!’ ”
“Kiai siapa maksudnya, mah?”
“Pas mamah lihat dia bawa-bawa poster gambarnya Gus Dur, tapi di atas panggung Zainuddin MZ lagi orasi juga. Masa’ Zainuddin bilang katanya udah kembali ke masyarakat, udah nggak terlibat ke kepartaian lagi.”
“Emang dia udah nggak kepilih aja jadi ketua partai kali..”
“Makanya ibu-ibu tadi sebel ama dia. Kiai kok jadi ketua partai.”
“Lah, Gus Dur kan sama aja.”
“Nah iya makanya tadi mamah bilang aneh.”
“Nggak mamah teriakin juga tuh ibu-ibu?”
“Ya nggak lah, rombongannya banyak, ntar mamah dikeroyok.”
“Ha.. ha..”

“Sebenernya mamah kasihan ngeliat yang ikut kebanyakan bapak-bapak ibu-ibu udah pada tua-tua ikut demo. Ada yang pingsan di tengah jalan. Rombongannya juga kebingungan mau ngangkat trus ditaro kemana. Kan ama bisnya diturunin di H.I. eh dia pingsannya udah mau sampe gedung DPR.”
“Trus dikemanain?”
“Dipinggirin aja di jalan, sambil ada yang nungguin. Kebanyakan yang rombongan malah pulangnya mencar-mencar. Tadi aja mamah tegor mahasiswi lagi bingung nyari rombongannya. Katanya, ‘Ibu, saya ketinggalan rombongan, nanti pulang bareng ya, saya dari Bogor’ ‘Ya udah, nanti adek bareng saya aja pulangnya, kebetulan saya juga pulangnya ke arah Depok’ ”.
“Trus jadi bareng pulangnya?”
“Nggak jadi, lha wong di tengah jalan dia kebelet pipis. Mau pipis dimana lagi demo gini, ya susah, kata mamah.”
“Jadi mamah tinggal? Ntar dia nyasar.”
“Ah, biarin aja, masa’ mahasiswa nggak bisa pulang sendiri?”
“Ha.. ha.. tahu gitu tadi nggak usah nawarin pulang bareng.”
“Ya mamah mana tahu dia mau pipis. Nanti ketinggalan acara kalo nyari tempat pipis dulu.”
“Ha.. ha.. ha..”

“Trus, kebeneran banget pas acara udah selesai, ada bis rombongan yang mau pulang ke Citayem. Mamah naek aja, masih banyak tempat duduk yang masih kosong.”
“Emangnya boleh ikut, kan mamah bukan rombongannya?”
“Mamah malah diajak. Sekalian lewat katanya.”
“Enak dong, pulangnya gratis.”
“Ya, enak banget. Sampe depan gang rumah.”
“Dasar! Ha.. ha..”
“Ah, besok-besok kalo ada demo, mamah pengen ikutan lagi, ahh... rame.”

Walah, ketagihan. :D

Wednesday, May 10, 2006

 

Unwritten











I am unwritten
can't read my mind
I'm undefined
I'm just beginning
The pen's in my hand
ending unplanned

Staring at the blank page before you
Open up the dirty window
Let the sun illuminate the words
that you can not find
Reaching for something in the distance
So close you can almost taste it
Release your inhibitions

Feel the rain on your skin
No one else can feel it for you
Only you can let it in
No one else, no one else
Can speak the words on your lips
Drench yourself in words unspoken
Live your life with arms wide open
Today is where your book begins
The rest is still unwritten

I break tradition,
sometimes my tries
are outside the lines
We've been conditioned
to not make mistakes
but I can't live that way

Staring at the blank page before you
Open up the dirty window
Let the sun illuminate the words
That you could not find

Reaching for something in the distance
So close you can almost taste it
Release your inhibitions

Feel the rain on your skin
No one else can feel it for you
Only you can let it in
No one else, no one else
Can speak the words on your lips
Drench yourself in words unspoken
Live your life with arms wide open
To the years where your book begins

The rest is still unwritten..

Oh, yeah, yeah..

---
Natasha bisa dijumpai di sini dan Unwritten bisa download di sini. Lagunya asyik! #

~Pulpen saya belum ketemu, Nat! :)

Tuesday, May 02, 2006

 

Selayang Pandang Burkina Faso

Dari si tamu Burkina Faso yang berkunjung ke kantor kami -sebut saja namanya Henri, banyak hal-hal menarik yang (mungkin) tidak Anda jumpai lewat googling *halah!*. Yuk, disimak:

- Negara ini punya julukan “the country of honest people”, saaaaah... nggak jauh beda dengan Indonesia yang ‘dikenal’ sebagai negara yang penduduknya ramah dan murah senyum. Mending jujur atau murah senyum ya? Hmm...

- Di Burkina Faso, kalau mau berlibur di pantai atau sekedar melihat laut, bisa pilih antara negara Pantai Gading (Cote De’ivoire), Ghana, Benin atau Togo, karena Burkina Faso nggak punya daerah pantai. Pak Henri sampai bukan main girangnya saat melintasi daerah sepanjang Pantai Anyer, Serang. Disini mah hratiss, pak! :)

- Di kantor Depok, –sewaktu di bawah terik matahari siang tengah hari bolong yang sorenya hujan deras (sumpah, siang itu panas gerah lembab luar biasa)- Pak Henri sempat komentar “Tahu nggak kamu, ini suhu mendekati suhu terendah di negara kami lho..” dilanjutkan dengan “...musim penghujan kami hanya 4 bulan sekitar Juni sampai September. Hujannya juga tidak terlalu sering, hanya angin basah saja..” Oh, ya ampun, mau komentar apa coba, saya?

- Economical capital city di Burkina Faso namanya Bobo-Diolausso. Disebelahnya terdapat kota Dedougo, Koudougou dan Tenkodogo. Ada 45 propinsi yang diantaranya bernama Bazega, Boulgou, Ganzourgou, Kadiogo, Koulpelogo, Kourweogo, Zoundweogo. Yang asik, nama capital city-nya: Ouagadougou. Go! Go! Burkina Faso! :D

- Umat beragama, terbanyak memeluk agama kepercayaan leluhur (roh-roh halus, dsb) sebesar 44.8%, lalu pemeluk agama Islam sebanyak 43%, diikuti Katolik 6.9%, dan Protestan 6.8%. Gambar disamping, adalah masjid tradisional umat Islam Burkina Faso. Menurut saya sih lebih indah masjid-masjid di sini, tapi yang satu ini unik sekali. Saya jadi berasa gatel-gatel ngeliatnya... :D

- Di Burkina Faso, motor disebut ‘jakarta’, karena semua motor yang ada disana (katanya) dibuat di Jakarta, walaupun merk-nya Honda dan Yamaha. Hebat kan??? :)

- Pak Henri adalah kepala project suatu lembaga penelitian kesehatan yang ada di Burkina Faso. Beliau mengambil pendidikan dokter di Ouagadougou, melanjutkan spesialis obstetrik ginekologi di Paris, dan menggenapkannya dengan mengambil PhD di Bordeaux. Anda tahu, sampai pada level dokter spesialis obsgin saja, seantero Burkina Faso cuma ada 2 orang termasuk beliau, dan (kabarnya) disana seorang dokter spesialis itu bisa jadi setingkat menteri! Wuaw!! Gimana level PhD-nya ya...?

- Sebelum pulang, bapak ini kekeuh mencari oleh-oleh pakaian bermotif batik. Mungkin karena terinspirasi dengan Nelson Mandela, yang sehari-hari gemar menggunakan pakaian bermotif batik. Seorang rekan saya, yang menemani beliau mencari batik tertegun-tegun melihat Pak Henri memborong batik (mungkin untuk kolega-koleganya) di Danar Hadi seharga 3.5 juta, 2.8 juta, 2.6 juta dan 3 kemeja 400 ribu rupiah! Haduuhhh...

- Waktu kemarin saya menemani keliling kampus, Pak Henri, yang orangnya riang & humoris, mencoba bertanya mengenai busana muslimah yang saya kenakan. “Kamu pasti diminta suami kamu untuk pakai pakaian seperti ini, ya?”, tebaknya. Refleks saya menjawab: “Duh, saya masih single, pak!!!” Bukannya balik menjawab, pak Henri malah tertawa terkekeh-kekeh (lama banget pula ketawanya) seraya berkomentar “kalau di Burkina, gadis-gadis tidak akan menutup-nutupi tubuhnya, hanya ibu-ibu saja yang menutup kepalanya. Harusnya kamu memperlihatkan keindahan tubuh kamu, siapa tahu ada pemuda yang tertarik...” sambil menyenggol lengan saya dengan sikunya. Aiiiihhhhhh..... kalau saja seumuran, gue jitak deh tu kepala-nya Pak Henri. Benci aku... *gaya banci kaleng* hu.. huu...

- Sesudah itu, beliau kembali komentar “kalau di Burkina, kamu bisa-bisa juga disangka teroris lhoo kalau berpakaian seperti itu..” Hayyah..!! terusin aja, pak, ngeledeknya... :)

- Poin terakhir, di Burkina Faso sana, Pak Henri saat ini sedang melakukan survei nasional yang terkait dengan kesehatan, khususnya kesehatan kaum ibu. Nah, metode pengambilan data yang digunakan, tidak dengan kuesioner yang paper-based lagi. Itu sih jadoel banget bagi mereka. Jangan Anda tebak pengambilan datanya internet-based ya, karena sambungan internet mereka juga masih terbatas jangkauannya. Alhasil, survei mereka menggunakan... PDA! Aje gile! Pak Henri bilang, mereka bingung setelah selesai nanti, PDA yang mereka miliki itu mau digunakan untuk apa, sambil senyum-senyum. “Ya nggak usah bingung-bingung, buat saya satu juga nggak apa-apa kok, pak.” batin saya dalam hati. Waktu itu Pak Henri sedang presentasi kegiatan tim-nya dan menyajikan gambar diatas ini. Wohoooo... dipilih! dipilih! :D

Nah, jadi, apa menurut Anda pelajaran yang bisa ditarik dari sedikit gambaran pak Henri tentang negaranya? Kalau saya, lha kok malah jadi tambah cinta Indonesia ya...??! :p #

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]