Cukup sudah 5 bulan lamanya blog ini ditinggalkan pemiliknya. Kalau nggak mau dihapus account-nya sama blogger.com, sekaranglah waktunya untuk updating.
Sejak awal September lalu, saya tinggal di Maastricht, satu kota kecil nan cantik di ujung Selatan negeri Belanda (bisa lihat petanya disini). Tidak seperti kota-kota Belanda pada umumnya, Maastricht lebih hangat -kadang malah terik, dan tidak terlalu sering didera hujan –musuh nomor satu para pengendara sepeda.
Maastricht merupakan ibukota Provinsi Limburg yang berbatasan langsung dengan Belgia di sebelah Barat dan Jerman di Timur. Belgia (dari tempat saya) bisa ditempuh 10-15 menit naik sepeda (hehe..) dan Aachen, kota di wilayah Jerman yang terdekat dengan tempat kami, bisa ditempuh dengan bis 45 menit. Kalau teman-teman yang tinggal di kota lain di Belanda sering pergi main ke luar kota, kami disini sering main ke luar negeri, hehe..
Sungai Maas membelah kota Maastricht menjadi hampir sama besarnya, melintang dari selatan ke utara. Centrum atau pusat kota ada di sebelah barat sungai. Pada umumnya, di bagian inilah banyak terdapat bangunan (rumah, toko, gereja, museum, benteng, dsb) yang berusia ratusan tahun. Jalan raya (meskipun hanya selebar 3-4 meter, 2 arah) banyak terbuat dari batu segiempat tidak rata yang tidak mustahil merupakan peninggalan jaman dulu. Semua titik wisata ada di bagian barat ini, dan mak-dar-it, bagian inilah yang paling cantik dari Maastricht. Di sebelah Timur, lebih banyak bangunan kantor modern walaupun sulit disebut sebagai ‘gedung’. Pengecualian diberikan pada stasiun kereta (centraal station) Maastricht dan beberapa bangunan kuno toko-toko di jalan stasiun (stationstraat) tidak termasuk bangunan masa kini. Oh, juga jembatan Saint Servatius (Sint Servaasbrug) yang kabarnya merupakan jembatan tertua seantero Belanda. Cool..
Karena merupakan daerah perbatasan, Bahasa tidak menjadi kendala disini. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa kedua untuk penduduk kota. Penduduk asli sangat amat ramah, sementara pendatang.. yaah, saya sendiri sekarang sudah mahir membedakan mana pendatang mana bukan. Yang tipe-tipe sering senyum dan menganggukkan kepala tanda hormat pasti orang Maastricht. Tapi kalo tipe bapak-bapak yang memandang lama dengan penuh curiga ke arah anak-anak Asia yang bawa sambal ABC botolan di pojokan McD, naaah tidak salah lagi, bapak itu pasti orang Jerman. Hahaa...! :D Kapan-kapan saya cerita lagi deh suka dukanya interaksi sama orang-orang sini..
Oh ya, di Maastricht sering ada fetival (dan karnaval), baik yang berkaitan dengan agama (orang-orang Selatan dikenal lebih relijius) maupun acara rutin tahunan (karena Maastricht kan ibukota Provinsi Limburg). Mungkin juga karena lingkup kotanya yang kecil sehingga rasanya kok rameee terus.
Nah, jadi selama ini, kamu udah ngapain aja, Luk?
# Selama 3 bulan ini, sudah 3 unit mata kuliah yang dilewati. Ya ampun! Sampe lupa bilang di awal saya kesini untuk sekolah.
# Sudah kerasan tinggal di kamar fasilitas kampus dengan fasilitas yang lebih dari cukup, meski harus dihajar dengan bulanan 300 euro lebih bok! Haayyaaaaahh..
# Sudah terbiasa genjot sepeda pulang balik kampus menyebrangi sungai lewat tanjakan jahanam jembatan Kennedy tanpa pegal-pegal kaki. Cuma ngatur napas aja yang sampai sekarang masih belum bisa. Belakangan ditambah udara yang makin dingin (pernah 2 derajat), dan apalagi kalau hujan! Aduh maaak, sengsara..
# Jalan-jalan? Huhuuuu, jangan ditanya. Belgia (Brugge, Brussel), Luksemburg, Jerman (Aachen, Koln & Dusseldorf) sudah disambangi. Kota-kota di Belanda.. karena hitungannya lebih jauh, mungkin baru tahun depan dijelajahi. Lagian, ke Utara pastinya akan lebih dingin, mendingan ke Selatan dulu deh.. Hmm, Perancis & Spanyol itu di Selatan-nya Maastricht tuh, hihi.. :P
# Di Maastricht, bulan lalu sudah ikutan lihat-lihat Festival Sint Martin (11th of The 11th) dan mencegat iring-iringan pawai Sinterklaas yang baru datang dari Spanyol bersama sepasukan Zwartepiet-nya. Bulan ini, di centrum lagi ada Pasar Malam Winterland lengkap dengan arena ice-skating dan bianglala ala Dufan. Mantap!!
Rasanya tidak perlu menunggu terlalu lama untuk jatuh hati dengan Kota Maastricht. Betul apa yang dibilang orang-orang. Setelah 3 bulan, semua rasa kangen rumah, keluarga & teman-teman perlahan-lahan bisa hilang di-susuk-i nikmatnya hidup di Maastricht! :D
---
Keterangan gambar:
Patung Bishop Sint Servaas, difoto dari atas jembatan Sint Servaasbrug
(kayak di film the Lord of the Ring gak sih?? :D)