
Lama setelah itu, ada seorang teman yang memprovokasi untuk berkunjung ke taman makam diatas. Ternyata, tidak sembarang orang lho boleh masuk ke lingkungan makam. Mereka yang bukan anggota keluarga atau ahli waris sang ahli kubur (yang biasanya wong Londo), diharapkan membuat surat ijin tertulis disertai identitas lengkapnya. Yoan, teman saya itu rela survei dan bolak-balik mengurus surat perijinan demi teman-temannya. Asyik banget deh, yang lain tinggal serahkan biodata dan menunggu tanggal kepastian perginya. Makasih, Yoan!
Kuburan Belanda ini namanya Ereveld Menteng Pulo. Dari 7 taman makan Belanda: Ereveld Menteng Pulo, Ancol, Pandu (Bandung), Leuwigajah (Cimahi), Kalibanteng (Semarang), Candi (Semarang) dan Kembang Kuning (Surabaya) – taman makam yang di Menteng Pulo inilah yang paling dikenal. Terutama karena adanya Gereja Simultan dan Columbarium yang memiliki kesan yang mendalam, dan juga unik. Pada 8 Desember 1947, Letnan Jenderal S.H. Spoor sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Hindia Belanda, membangun ereveld Menteng Pulo diatas tanah wakaf seluas 29.000 m2 dari pemerintah Kota Batavia kepada Dinas Pemakaman Tentara Belanda. Di Taman Makam Menteng Pulo, jenasah para korban kamp-kamp internir Jepang dan tentara Belanda meninggal dunia saat periode perlawanan fisik (1945-1949) dan berasal dari Banjarmasin (1961), Tarakan (1964), Menado (1965), Palembang (1967), Balikpapan (1967), makassar (1968) & Cililitan (1968).
Saat ini lebih dari 4000 jenazah dimakamkan di taman makam ini. Pada tulisan-tulisan yang ada di batu nisan, dapat diketahui bahwa tidak hanya orang Belanda saja yang dimakamkan di Menteng Pulo, tetapi ada pula nama-nama pribumi, dan kaum Tiong Hoa. Merekalah orang-orang yang pernah tergabung dalam KNIL, angkatan bersenjata-nya Belanda. Bentuk nisannya juga bervariasi: bentuk salib, bentuk perisai dan bentuk nisan orang muslim. Pengurus taman makam Menteng Pulo ini mempunyai kebijakan untuk tidak memfoto nisan secara langsung demi menghormati keturunan dari jenazah yang ada disini. Sip deh, pak! (“,)b
Simultaankerk
Nah, yang saya kira bangunan masjid tadi ternyata gereja! Namanya Gereja Simultan. Bagian dalamnya bersiiih sekali dan terawat rapi. Yang paling menarik dari gereja ini adalah menaranya yang setinggi 22 meter. Pada balkon menaranya, terdapat 4 simbol agama besar di dunia: Islam (bentuk bulan & bintang), Kristen (bentuk salib), Yahudi (bentuk bintang bermata 6) dan Budha (bentuk Yin&Yang). Tujuannya mungkin untuk melambangkan keragaman agama yang dianut para jenazah di Menteng Pulo ya..? Hmm.. Ide yang bagus.
Persis disebelah gereja, ada yang namanya Columbarium, yaitu serambi yang ditopang dengan pilar batu, yang ceruk-ceruknya berisikan 754 jiwa abu jenazah tawanan Belanda yang dikirimkan dari Jepang. Penyusunan abu berdasarkan alphabet dan hebatnya, semua tertata rapi, apik dan bersih. Agak merinding juga sewaktu berjalan di serambi ini. Di atas pilar batu terdapat berbagai bentuk medalion yang diukir pada tembok. Medalion ini merupakan simbol-simbol. Simbol yang pertama adalah simbol dari empat agama (seperti di menara gereja), simbol yang lain menggambarkan kehidupan, kematian, waktu, reinkarnasi dan keabadian.
Di taman makam Menteng Pulo ini terdapat beberapa monumen, diantaranya adalah monumen Divisi 7 Desember, monumen angkatan udara dan angkatan laut. Di dalam gereja sendiri ada monumen Salib Birma yang dibuat dari kayu bantalan rel kereta api, ditujukan untuk mengenang korban yang jatuh saat pembangunan rel kereta api di Birma.
Terakhir, kalau Anda mau berkunjung ke taman makam yang indah ini, jadwal berkunjungnya adalah setiap hari, dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore. Tapi harap diingat, tidak sembarang orang bisa masuk ya... Kalau punya kenalan atau kerabat yang moyangnya dimakamkan di makam ini, sepertinya akan lebih baik, karena disamping bisa sekalian berziarah, suasana syahdunya akan lebih terasa... (halah! padahal kuburan penjajah tuh! :D) #
Sumber tulisan:
Leaflet Ereveld Menteng Pulo terbitan Oorogsgravenstichting/OGS (yang mengurus semua makamBelanda), diterjemahkan rekan saya pak Hatmanto. Makasih, pak!

Dari si tamu Burkina Faso yang berkunjung ke kantor kami -sebut saja namanya Henri, banyak hal-hal menarik yang (mungkin) tidak Anda jumpai lewat googling *halah!*. Yuk, disimak:
- Umat beragama, terbanyak memeluk agama kepercayaan leluhur (roh-roh halus, dsb) sebesar 44.8%, lalu pemeluk agama Islam sebanyak 43%, diikuti Katolik 6.9%, dan Protestan 6.8%. Gambar disamping, adalah masjid tradisional umat Islam Burkina Faso. Menurut saya sih lebih indah masjid-masjid di sini, tapi yang satu ini unik sekali. Saya jadi berasa gatel-gatel ngeliatnya... :D
- Poin terakhir, di Burkina Faso sana, Pak Henri saat ini sedang melakukan survei nasional yang terkait dengan kesehatan, khususnya kesehatan kaum ibu. Nah, metode pengambilan data yang digunakan, tidak dengan kuesioner yang paper-based lagi. Itu sih jadoel banget bagi mereka. Jangan Anda tebak pengambilan datanya internet-based ya, karena sambungan internet mereka juga masih terbatas jangkauannya. Alhasil, survei mereka menggunakan... PDA! Aje gile! Pak Henri bilang, mereka bingung setelah selesai nanti, PDA yang mereka miliki itu mau digunakan untuk apa, sambil senyum-senyum. “Ya nggak usah bingung-bingung, buat saya satu juga nggak apa-apa kok, pak.” batin saya dalam hati. Waktu itu Pak Henri sedang presentasi kegiatan tim-nya dan menyajikan gambar diatas ini. Wohoooo... dipilih! dipilih! :DJuly 2004 August 2004 September 2004 October 2004 November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 December 2006 February 2007 May 2007 March 2008 April 2008 May 2008 June 2008 November 2008 January 2009 May 2009 June 2009 December 2009 November 2010
Subscribe to Comments [Atom]