
Katedral Jakarta –bangunan dengan bentuk salib ini- diresmikan pada 1901 dengan nama Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga, menggantikan gereja lama yang dibangun pada 1829. Disebut sebagai Katedral karena didalamnya terdapat Cathedra yaitu semacam singgasana dengan tudung kayu diatasnya sebagai tahta keuskupan. Ada 3 suku bangsa yang terlibat saat proses pembangunan berlangsung: Bangsa Belanda sebagai pencari dana, Etnis Tionghoa sebagai mandor bangunan dan Kaum Pribumi sebagai kulinya. Uniknya, tentu saja mereka menggunakan bahasanya masing-masing dalam berkomunikasi sehingga tak jarang terjadi kesalahan-kesalahan kecil akibat miskomunikasi ini. Huah... pastinya ribet banget. Nah, sampai sekarang masih ada tuh tulisan-tulisan dengan huruf kanji Cina pada kuda-kuda kayu jati yang menopang bangunan sebagai kode-kode untuk pemasangan kuda-kuda tersebut. Unik ya? :)
Lantas, apakah Anda tahu bahwa Katedral Jakarta adalah satu-satunya bangunan bergaya neo-gothik yang ada di Jakarta? Atau bahkan (mungkin) di Indonesia. Ini tentu saja terlepas dari ketiga menaranya yang terbuat dari besi -untuk menghindari bahaya gempa bumi- yang sedikit menyalahi aturan bangunan neo-gothik. Kalau Anda perhatikan, 2 menara sejajar yang ada di depan pintu masuk utama itu berbeda lho! Sekilas memang tampak sama. Menara sebelah utara (atau di sisi kiri kalau kita melihatnya dari luar) bentuknya menyerupai benteng sebagai perlambang Benteng Daud yang melindungi Maria terhadap kuasa-kuasa kegelapan. Sedangkan yang di sisi kanan berbentuk menara gading yang melambangkan keperawanan Maria yang putih dan suci. Diantara kedua menara tersebut, terdapat Rozeta, kaca patri (yang umum terdapat pada bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda) berbentuk mawar bundar berkelopak 12 buah yang melambangkan Rosa Mystica, lambang Bunda Maria. Rozeta ini tampak indah difoto dari bagian dalam Katedral karena akan lebih memancarkan warna-warni kaca patri akibat cahaya dari luar. Bagus-lah intinya! :)
Di bagian dalam... wah, kepanjangan kalau semua ditulis disini. Dari langit-langit yang tingginya 17 meter, pilar-pilar kokoh di kedua sisi yang membentuk lorong, balkon diatas kedua sisi lorong yang ditempati oleh Museum Katedral, sampai dengan 3 altar suci yang menempati sisi timur bangunan dengan latar belakang kaca patri yang menawan, kesemuanya punya nilai yang tinggi. Berbagai interior Katedral seperti mimbar pengkhotbah yang berbentuk menyerupai kulit kerang (yang berfungsi sebagai pemantul suara), 12 lukisan jalan salib diatas tegel berlapis emas, orgel dengan ornamen kayu yang menjulang tinggi sampai pada patung-patung dan relief tokoh-tokoh suci di berbagai interior tadi, semuanya masih terawat baik dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Asal Anda tahu saja, sebagian besar interior ini merupakan peninggalan kolonial Belanda dan berumur lebih dari seabad! Di dalam museumnya, dapat dijumpai dokumentasi sejarah berdirinya Katedral, berbagai atribut yang pernah dipakai oleh para uskup, berbagai kitab suci umat Katolik jadoel dan foto-foto fantastis para pemenang lomba foto Seabad Gereja Katedral 2001.
Sebagai gambaran menariknya tempat yang kami kunjungi kali ini, saya dan kawan-kawan menghabiskan waktu dari pukul 10 pagi sampai pukul 1 siang! Hehe.. Berlebihan nggak sih? :D Padahal kita semua orang Jakarta. Saya jamin, nggak rugi kok berkunjung ke tempat-tempat bersejarah seperti ini. Kita jadi lebih tahu secara lebih mendalam tentang berbagai tempat dan bangunan landmark yang ada di Jakarta. Malu dong, seringkali melintasi bangunan terkenal di Jakarta tapi kita tidak tahu apa yang ada didalamnya. :p July 2004 August 2004 September 2004 October 2004 November 2004 December 2004 January 2005 February 2005 March 2005 April 2005 May 2005 June 2005 July 2005 August 2005 September 2005 October 2005 November 2005 December 2005 February 2006 March 2006 April 2006 May 2006 December 2006 February 2007 May 2007 March 2008 April 2008 May 2008 June 2008 November 2008 January 2009 May 2009 June 2009 December 2009 November 2010
Subscribe to Comments [Atom]