Jendela Luluk

Friday, January 16, 2009

 

S1, S2, S3

Di kumpul-kumpul temen kantor lama, sore ini..

"Luk, tas lu banyak amat ampe 2."
"Gw pernah sakit punggung, mas. Makanya bebannya dibagi-bagi."
"Ah, kalo udah S2 emang tas-nya harus bawa 2 kali. Gw aja S1 bawa tas cuma 1, hehe.."
"Trus kalo gw bawa 3 tas, gw pengen S3 dong.."
"Emang lu mau lanjut kuliah lagi?"
"Ya nggak-lah. Gila apa lu. Maksud gw, S kesatu 'sarjana', S kedua 'sarjana', S ketiga 'suami', hehe.."
"Bwahahaha.. Cuciaaaan.."

RESE.
---

Semakin banyak bawaan menunjukkan kita orang sibuk?
Penilaian ini nggak berlaku buat boss saya yang nggak pernah bawa-bawa tas, padahal beliau super sibuk, kakinya dimana-mana. Kenapa?
Kan... dibawain supirnya dong!

Tuesday, January 13, 2009

 

Dekapan

Meskipun terletak persis di sebelah kantor saya sekarang, lama sekali rasanya nggak mampir ke kantor lama. Pun tidak pernah makan siang atau pulang bareng dengan beberapa teman yang sebagian masih terlibat project disana. Dari sapaan pada ruang googletalk atau messenger lainnya, mereka mengaku sibuk. Banyak kerjaan-kerjaan kecil yang dituntut selesai dalam waktu bersamaan.

Jadi pagi tadi, saya niatkan mampir sebentar untuk sekedar menyapa dan melepas rindu kebersamaan di jaman kejayaan dahulu. Melewati pintu utama kantor, meja pertama yang pastinya dijumpai adalah milik sang sekretaris. Paras cantik penghuni kubikal itu tidak kelihatan, tapi ada sosok lain disana.

'Dek Ule!!!' refleks saya berteriak. 'Dek Luluk!!!!' teriakannya bahkan lebih kencang lagi. Boss kami dulu biasa menggunakan sapaan 'Dek' pada semua anak buahnya, sehingga antar kami sampai sekarang tak bisa lepas dari sapaan itu. Dek Ule harusnya tidak ada di kantor ini karena dia sudah aktif bekerja di W.H.O. sejak beberapa bulan lalu. Apa sih yang jamaknya dilakukan 2 sahabat perempuan jika lama tidak bertemu? Di perkotaan, cukup cupika cupiki dan beberapa bisa terlihat melakukannya demi alasan basa-basi.

Tapi Dek Ule serta merta melingkarkan lengannya mengelilingi batang leher saya. Mendekap saya, dalam, dan saya bisa rasakan rentang waktu 3-4 detik hangat dekapannya terasa. Punggung saya ditepuk dan diusapnya. Untuk urusan ini, saya bisa dihitung paling tidak biasa. Dulu, benak saya pernah memvonisnya : Ah, dasar kelakuan perempuan! Kadang terlalu berlebihan!

Sampai pada saat dek Ule ingin melepaskan dekapan, saya merasakan sensasi aneh. Otot-otot bahu saya menjadi rileks, nafas panjang terhela tanpa dikomando, dan dua pasang mata ini terpejam nyaman menikmati aliran endhorpin yang menjalar ke seluruh tubuh.

Inilah kekuatan dekapan. Saya tidak pernah tahu seberapa pelik masalah yang dihadapi Dek Ule, dan dia pun sepertinya tidak peduli dengan runyamnya problema yang saya jalani. Setiap orang punya masalahnya masing-masing. Tapi, sumpah! Saat berdekapan, semuanya lepas. Plong. Oksigen segar serasa mengaliri paru-paru. Saya pun mau bila diminta mengulanginya lagi, pada saat, tempat dan lawan yang tepat. Ha! Ini beneran bikin nagih!

Terima kasih telah mengenalkannya, Dek Ule.

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]