Jendela Luluk

Monday, December 19, 2005

 

Di depan meja kasir

Minggu lalu. Di depan meja kasir. Gramedia Depok.

+ : "Pake kartu debit BNI bisa nggak, mbak??"
_ : "Disini nggak bisa."
+ : "Kenapa nggak bisa?"

[... hari Minggu lalu saat ke Indomart, pakai kartu debit BNI yang mesin geseknya milik BCA, bisa. Kedua kartu debit keduanya memang masuk jaringan maestro. Saya lihat di kumpulan mesin gesek yang ada di hadapan mbak kasir ini. Aha, ada 1 milik BCA ]

+ : "Padahal BNI kan maestro, mbak, sama ama BCA. Pake mesin BCA bisa kok, mbak."
_ : "POKOKNYA DISINI BELUM BISA."

Wow. Ya sudah. Bayar pakai uang tunai.
Tiba-tiba mata saya menangkap tulisan ‘TEGUR SAYA JIKA TIDAK TERSENYUM’ di samping meja kasir. Halah, males banget.. :(

---

Dulu, entah kapan. Di depan meja kasir. McDonald Depok.

Ada jam pasir kecil. Yang jika pasir halusnya sudah habis jatuh kebawah, kita bisa dapat gratis es krim, kentang goreng atau pilihan lainnya.

+ : "Mbak, udah lewat 60 detik lho!" *sambil nunjuk jam pasir yang tadi saya balik*
_ : "Oh, itu udah nggak berlaku lagi.."
+ : "Hah?? Udah nggak berlaku lagi?
_ : "Ya itu kan udah lama disitu. Belum dicopot aja. Mbak datengnya kurang cepet."

Ih. Keki deh. Kalau sudah tidak berlaku ya lebih baik dicopot saja, bukan?
Ini apa namanya? Pembodohan publik...?? :(

Monday, December 12, 2005

 

Ke Katedral Jakarta










Suatu hari, seorang kawan mengajak untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah yang megah dan bersejarah di Jakarta: Katedral, Masjid Istiqlal dan Gereja Immanuel. Waw! Ini kesempatan berharga. Walaupun pada akhirnya Gereja Immanuel batal dikunjungi dan Masjid Istiqlal hanya sebentar saja disambangi, tapi Katedral Jakarta puas kami jelajahi pada saat akhir libur lebaran lalu.

“Akhirnya gue bisa masuk Istiqlal!” kawan saya tadi, yang penganut Katolik, tampak senang sekali. Masjid Istiqlal, terutama hall utamanya, memang luar biasa besar dengan langit-langit berbentuk kubah megah, yang ukurannya juga (tentu saja) sangat besar. Tapi tak lama giliran saya yang kegirangan, “Ya ampun, ternyata bisa ya gue masuk ke Katedral!!” Senang, takjub, dan bangga karena saya dan 1 orang kawan lainnya –yang sehari-hari mengenakan busana muslimah- bisa ke satu tempat ibadah bersejarah umat Katolik yang dulu pernah dibom sesaat menjelang Hari Raya Natal.

Katedral Jakarta –bangunan dengan bentuk salib ini- diresmikan pada 1901 dengan nama Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga, menggantikan gereja lama yang dibangun pada 1829. Disebut sebagai Katedral karena didalamnya terdapat Cathedra yaitu semacam singgasana dengan tudung kayu diatasnya sebagai tahta keuskupan. Ada 3 suku bangsa yang terlibat saat proses pembangunan berlangsung: Bangsa Belanda sebagai pencari dana, Etnis Tionghoa sebagai mandor bangunan dan Kaum Pribumi sebagai kulinya. Uniknya, tentu saja mereka menggunakan bahasanya masing-masing dalam berkomunikasi sehingga tak jarang terjadi kesalahan-kesalahan kecil akibat miskomunikasi ini. Huah... pastinya ribet banget. Nah, sampai sekarang masih ada tuh tulisan-tulisan dengan huruf kanji Cina pada kuda-kuda kayu jati yang menopang bangunan sebagai kode-kode untuk pemasangan kuda-kuda tersebut. Unik ya? :)

Lantas, apakah Anda tahu bahwa Katedral Jakarta adalah satu-satunya bangunan bergaya neo-gothik yang ada di Jakarta? Atau bahkan (mungkin) di Indonesia. Ini tentu saja terlepas dari ketiga menaranya yang terbuat dari besi -untuk menghindari bahaya gempa bumi- yang sedikit menyalahi aturan bangunan neo-gothik. Kalau Anda perhatikan, 2 menara sejajar yang ada di depan pintu masuk utama itu berbeda lho! Sekilas memang tampak sama. Menara sebelah utara (atau di sisi kiri kalau kita melihatnya dari luar) bentuknya menyerupai benteng sebagai perlambang Benteng Daud yang melindungi Maria terhadap kuasa-kuasa kegelapan. Sedangkan yang di sisi kanan berbentuk menara gading yang melambangkan keperawanan Maria yang putih dan suci. Diantara kedua menara tersebut, terdapat Rozeta, kaca patri (yang umum terdapat pada bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda) berbentuk mawar bundar berkelopak 12 buah yang melambangkan Rosa Mystica, lambang Bunda Maria. Rozeta ini tampak indah difoto dari bagian dalam Katedral karena akan lebih memancarkan warna-warni kaca patri akibat cahaya dari luar. Bagus-lah intinya! :)

Di bagian dalam... wah, kepanjangan kalau semua ditulis disini. Dari langit-langit yang tingginya 17 meter, pilar-pilar kokoh di kedua sisi yang membentuk lorong, balkon diatas kedua sisi lorong yang ditempati oleh Museum Katedral, sampai dengan 3 altar suci yang menempati sisi timur bangunan dengan latar belakang kaca patri yang menawan, kesemuanya punya nilai yang tinggi. Berbagai interior Katedral seperti mimbar pengkhotbah yang berbentuk menyerupai kulit kerang (yang berfungsi sebagai pemantul suara), 12 lukisan jalan salib diatas tegel berlapis emas, orgel dengan ornamen kayu yang menjulang tinggi sampai pada patung-patung dan relief tokoh-tokoh suci di berbagai interior tadi, semuanya masih terawat baik dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Asal Anda tahu saja, sebagian besar interior ini merupakan peninggalan kolonial Belanda dan berumur lebih dari seabad! Di dalam museumnya, dapat dijumpai dokumentasi sejarah berdirinya Katedral, berbagai atribut yang pernah dipakai oleh para uskup, berbagai kitab suci umat Katolik jadoel dan foto-foto fantastis para pemenang lomba foto Seabad Gereja Katedral 2001.

Sebagai gambaran menariknya tempat yang kami kunjungi kali ini, saya dan kawan-kawan menghabiskan waktu dari pukul 10 pagi sampai pukul 1 siang! Hehe.. Berlebihan nggak sih? :D Padahal kita semua orang Jakarta. Saya jamin, nggak rugi kok berkunjung ke tempat-tempat bersejarah seperti ini. Kita jadi lebih tahu secara lebih mendalam tentang berbagai tempat dan bangunan landmark yang ada di Jakarta. Malu dong, seringkali melintasi bangunan terkenal di Jakarta tapi kita tidak tahu apa yang ada didalamnya. :p

Katedral Jakarta bisa dikunjungi untuk umum jika kita menunjukkan dengan jelas akan maksud dan tujuan kunjungan kita. Paling klop jika ada kawan kita yang menganut agama Katolik dalam rombongan sehingga kita tidak canggung dengan pihak Katedral. Museum Katedral buka pada Hari Senin sampai Jum’at dari pagi sampai jam makan siang, dan ada beberapa sukarelawan yang dengan senang hati menemani pengunjung berkeliling bangunan agung ini.

Hmm... setelah ke Katedral, selanjutnya kemana lagi ya... ;)
---

Sumber tulisan: Buku Sejuta Pesona Katedral Jakarta
Sumber foto: moto sendiri dongg..! :D

Mohon saya dikoreksi jika ada tulisan yang salah pada posting ini.

Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]