Jendela Luluk

Monday, July 25, 2005

 

Dilbon-Irvan dan Festival Jajanan nan Tiada Tandingannya



Minggu 24 Juli 2005 menjadi hari berbahagia bagi Irvan dan Dila Bondan (lebih sreg dipanggil Dilbon) karena di hari tersebut mereka mengikat janji sehidup semati (taelaa.. huhuy..!!). Pasangan ini bertemu pertama kali di... tentunya, apa lagi kalau bukan gaweannya batmus (Sahabat Museum), yang mana daripada saya kurang mengetahui acara apa tepatnya. Maklum, saya anggota baru, jadi agak-agak telat informasi nggak apa-apa laaah... :)

Saya terlebih dahulu mengenal mempelai pria dengan seringnya beliau menjadi MC di tiap PTD (Plesiran Tempo Dulu) batmus. Dua yang saya ingat adalah pada saat Naik Sado Keliling Menteng (NSKM) dalam rangka ngabuburit berbuka puasa bersama di Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan satu lagi pada saat PTD NHM & Stasiun BEOS. Joke yang paling saya ingat adalah saat Irvan menceritakan bahwa pada suatu acara jalan-jalan ke Kebon Raya Bogor, panitia batmus harus mengingatkan bahwa ada salah satu pohon yang diharapkan kepada peserta untuk jangan sekali-kali duduk-duduk dibawahnya. Pikiran peserta sudah macam-macam dong. Takut kesambet-lah, takut kejatuhan duren-lah, takut nanti putus sama pacar-lah. Tapi, bisakah Anda menebak apa pohon tersebut? Jawabnya: POHON TERATAI!! Huahahaha... gariiiiiiiing! :D

Nah, mempelai wanita saya kenal pada saat PTD Istana Bogor & Cipanas, yang belum sempat saya bagi-bagi ceritanya disini. Dilbon berada pada kursi sebelah kiri saya di Bis No.1 yang dikomandani DeeDee yang sangat menikmati berkaraoke pakai TOA. Sepanjang perjalanan pergi dan pulang, pun saat keliling-liling (pengulangan katanya bener nggak sih?) istana yang maha luas itu, Dilbon boleh dikata tidak pernah mingkem. Orangnya supel, tukang ngebanyol dan friendly. Pertama ketemu tapi seperti sudah kenal lama. Beberapa bulan setelahnya, saya temukan profilnya di friendster batmus. Ketika dibaca dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, ternyata oh ternyata, Dilbon pernah sekolah di SMA 28! Wuah, kakak kelas dooong! Nggak jauh-jauh deh. :)

Resepsi pernikahan Dilbon-Irvan berlangsung dengan semarak dan dihadiri oleh banyak tamu yang memenuhi (yaaah kurang lebih) 89,723% space ruangan utama resepsi di Gedung Aneka Tambang. Para batmus yang datang diantaranya adalah ketua kelas Adep, moderator milis DeeDee, Bapak & Ibu Wisda (orangtuanya ketua kelas), Bapak & Ibu Agni Handoyoputro, Ninta & Tiwi (moderator milis juga), Mas Bimo & Nadia, Galuh, Maya, Ayu, Elvi, Luluk (tentunya) dan satu orang lagi yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Nyai Dasima. Siapa itu namanya ya? Duh, maapin deh saya lupa. Nah, selamat menempuh hidup baru Dilbon & Irvan! Semoga pada setiap langkah dalam menjalani hidup yang baru ini senantiasa diridhoi oleh Allah SWT, pun semoga pada setiap cobaan yang diberikan oleh-Nya dapat dihadapi dengan bijak & tulus ikhlas, Amiin.

Lanjuuut..!

Apakah kami langsung pulang setelah kondangan? Oh, tentu tidak. Sejak awal, kita telah menyusun rencana dengan sangat matang. Dengan terlebih dahulu singgah di kediaman Tiwi di kawasan Pejompongan dengan mengendarai mobilnya Ninta dengan Pak Udin-nya yang setia, untuk berganti kostum dan sholat Dzuhur, kami kemudian menuju kawasan Museum Jakarta atau lebih dikenal dengan nama Museum Fatahillah. Tebak ada acara apa? Huhuuu... ^_^ Ada acara FESTIVAL JAJANAN-BANGO CITA RASA NUSANTARA!! *setengahteriak* Mendengarnya saja sudah menyenangkan bukan? Yah, gimana yah.. apalagi kalau datang kesana… benar-benar menyenangkaaaaan!! :D huahaha..! *tertawapuasMODE: ON*

Acara yang disponsori Kecap Cap Bango ini memang memiliki program keliling kota-kota besar untuk mengadakan festival yang menawarkan kehisteriaan yang tiada tara (halah, bahasamu Luk!) hehe.. :p Nah, untuk program keliling kota-kota kecil dalam rangka mengenalkan makanan khas yang ada di daerah tersebut, ada program khususnya dalam bentuk tayangan televisi bertajuk Bango Cita Rasa Nusantara, pada setiap (ayo catat! catat!) Sabtu pukul 7.30 pagi di TransTV. Saya sempat punya khayalan untuk menjadi presenternya, sebab tiap jalan-jalan pastilah makanannya enak-enak, hmm.. nyam nyam nyam.. jadi laper deh.

Balik ke Festival Jajanan, ingin tahu apa saja yang ada disana? Coba simak ini: aneka jajanan pasar, dodol Betawi, aneka ikan bakar Bu Herawati, bubur ayam Betawi, Nasi Uduk Jayakarta, lontong sayur Bu Mala, pindang tangkar-sop iga Bang Ruslan, ikan bakar Sulaiman, sate Maranggih, seafood rebus-gabus pucung Pak Misan, selera Jakarta nasi uduk, soto mie Menteng, soto Betawi Mpok Mira Situlembang, nasi gila Gondrong, Cipta Rasa nasi ulam Mis Jaya, asinan Betawi Nyonya Isye, ayam bakar Hani, soto Betawi Mpok Rodemah, gado-gado Ibu Yulika Kemayoran, bubur ayam Hongkong Gd.Serpong, es krim Ragusa, Soto Betawi H.Umar Idris, sop buntut Ibu Ira, pondok bakmi Bang Yoyo, ketoprak Ciragil, gorengan kambing nasi ulam, nasi gila 82 Pak Doni, ikan bakar Bu Mahai Cilandak, sate Bang Tohir Kalibata, ayam bakar Irawati, ketupat sayur dan pindang H.Mahmud, pondok sate Pejompongan (dengan kambing gulingnya yang enaaaaaak tujuh turunan), gado-gado Untung Serpong, bakso super top Mas Pur, nasi uduk Betawi Bang Yus, soto mie Bu Ayu, dan terakhir, pondok teh sariwangi.

Oh ya, diluar peserta resmi ada juga lho peserta tak resmi seperti abang rujak bebeg, abang tukang buah segar, abang tukang kacang rebus, abang tukang es lilin (inget es krim taun 80-an yang dipotong es-nya dulu baru ditusuk bambu untuk gagangnya dengan aneka rasa ketan item, tape & kacang ijo?), dan bahkan ada ahli nujum Mbah Prawiro -yang berdasarkan spanduk yang beliau pasang- bisa meramal nasib, kebahagiaan, peruntungan, perdagangan, jabatan, perdagangan, perjodohan, pacar, impian, cita-cita, dan angka jaya (gila, sakti bener tu mbah!). Di panggung utama sore itu, digelar aneka permainan yang dipaksakan ada hubungannya dengan sponsor utama, seperti lomba makan kerupuk yang dilumuri kecap Bango. Terbayang kan muka anak-anak yang menjadi peserta cemang-cemong hitam terkena kecap.

Nah, apa komentar Anda? Merasa menyesal karena tidak datang ke acara ini? Ya memang! Sudah seharusnya Anda menyesal ketika aneka jajanan enak & terkenal khas Jakarta ini berkumpul di satu tempat tapi Anda tidak datang! Rugiiiii...!! Hihihi.. :D *tertawapuasMODE: ONlagi*

Padahal nih, jujur yaa..., kami sebetulnya juga lewat tengah hari (sekitar pukul 14.30-an) untuk tiba disana. Pada sebagian tenda jualan, ada beberapa yang sudah tutup saking larisnya pada pagi sampai dengan menjelang siang. Jadi, kami hanya bisa mencicipi nasi ulam Cipta Rasa Mis Jaya, ketupat sayur & pindang H.Mahmud, kambing guling pejompongan, gado-gado Ibu Yulika Kemayoran, asinan Betawi Nyonya Isye, es lilin potong yang dijual abang-abang dan minum teh rasa madu-aroma pandan Sari Wangi, mudah-mudahan tidak ada yang luput kesebut :p. Lho, kok banyak?? Hehe.. ya lumayan-laaaah. :p

Terlepas dari panitia penyelenggara, utamanya mbak-mbak di loket kupon yang super jutek, dan sound system yang sukses mengantarkan suara berisiknya Indra Bekti sebagai MC, festival ini benar-benar membuat perut kenyang akan jajanan khas Jakarta dan kegembiraan yang tiada tandingannya. ;)



Wednesday, July 20, 2005

 

Oh, John...

Saat cek email kantor, saya mendapatkan kiriman dari seseorang -sebut saja namanya John, yang isinya kurang lebih seperti ini:

Hi! Ratna (anggap saja ini nama bos saya) suggested you might be the best choice to have a look at a demo website/database I built for the evidence database and fill out the evaluation form from the front page. Many thanks for your help.

Okay, hanya mengevaluasi saya kira tidak terlalu sulit. Meskipun begitu, ketika saya mengetahui jabatan John yang senior health database scientist ini (wuhh!), cukup membuat saya ketar-ketir. Ini sih salah alamat namanya, minta evaluasi kok dari orang awam macam saya. Tapi setelah difikirkan lagi, justru jika orang awam tidak mengerti apa yang dimaksud oleh si pembuat program dapat menjadi masukan untuknya agar membuatnya lebih sederhana. Bukankah begitu? ;)

Nah, John juga menyertakan link pada emailnya yang harus saya lihat sebagai demo website/database sebelum mengisi form evaluasi. Waktu di-klik, lho… kok nggak mau kebuka sih jendelanya?! Default browser komputer saya adalah Internet Explorer 6.0. Ketika coba membukanya dengan Firefox 1.0.6, hasil yang sama saya dapatkan. Ada peringatan “the operation timed out when attempting to contact the link” disitu. Ini kenapa sih, kok malah website yang harus dievaluasi nggak bisa kebuka gini??!

Uhmm.. kenapa nggak digoogling aja, Luk! batin saya waktu itu. Mungkin nanti ada hasil pencarian yang bisa diklik langsung, dan mudah-mudahan jendelanya membuka sewaktu diklik. Dengan firefox yang default halamannya otomatis membuka google, saya kopi link tersebut di kotak pencariannya. Hasilnya bisa ditebak, kalimat peringatan yang sama muncul beberapa saat setelah link yang dimaksud tidak kunjung membuka.

Image hosted by Photobucket.com

Mentok, saya kirim email saja ke John. Bunyinya seperti ini:

Woi, John...! Bukannya aye kagak mau partisipasi ngisi porm epaluasi situ, tapi itu link kenape kagak mau kebuka ye? Aye udah coba pake IE 6.0 ame Firefox 1.0.6, dua-duanye kagak bisa tuh. Nih, aye liatin satu skrinsot dari usahe aye ngebuka ntu link. Pegimane solusinya nih?

Nah, screenshot yang saya lampirkan adalah hasil saya googling seperti gambar diatas. Berselang satu hari, John sudah membalas email saya. Uh, oh, apa maksudnya ini??

I see that the image shows a search being made on the site URL. You don't really want to do that... just put the URL directly on the top line of your browser (next to the little house - this currently starts out 'http://www.google.co.id/search....') but should be the 'http://bla-bla-bla:8443/secure-demo....' Otherwise you may be able to double click on the link directly from this email. This may not fix it.. but at least we can see.

Ya ampun, Joooohn…! Saya juga tahu bagaimana caranya membuka satu link sampai terbuka penuh. Malu deh ah, sudah segini tuanya masa’ masih dikira nggak bisa. Hu uh... Saya nggak segitu awam banget deh! >:-( *keki*

Sesegera mungkin saya membalas email John berisi pembelaan diri dengan penjelasan panjang lebar dan sedetil-detilnya pada proses pergulatan untuk membuka link. Sebenarnya salah saya juga pada email sebelumnya mengirit-irit uraian. Nah, kira-kira email saya seperti ini:

Maksud aye nih, John, aye juga udah nyoba langsung nge-klik link yang ada di email nyang situ kirim. Malahan aye udah usahe buka ntu link pake 5 cara: Aye langsung ngeklik link pake 2 browser IE ame Firefox, depault browser ampe aye ganti dulu jadinye; aye juga ngopi link dari email situ lantas di-paste di kotak pencarian browser pake 2 browser juge IE ame Firefox; ditambah googling tapi nyobanya cuma di Firefox doang. Barusan aye nyoba googling pake IE, hasilnye kagak ada bedanye. Situ bisa bantu aye kagak?

Penasaran kan apa jawab John?

Looks like we've found the problem.. The University's network administrator opened the wrong network to the site.. I think he's off to open the correct one. Unfortunately, I cannot test it from here (until I get home tonight). So keep trying that URL! I'll keep you up-2-date.

Nah!!


Wednesday, July 06, 2005

 

Pintong ke Sunda Kelapa


Pada Minggu 3 Juli lalu, komunitas Sahabat Museum (untuk selanjutnya disingkat batmus) kembali mengadakan Pintong yang tempat tongkrongannya kali ini adalah menyusuri kawasan Sunda Kelapa. Duh, padahal ada beberapa acara yang sebelumnya saya ikuti, tapi karena tidak ada kesempatan untuk menuliskannya disini, jadi terlewat begitu saja. Mungkin nanti di lain waktu. Asal Anda tahu saja, saya menulis entri ini juga karena ‘sindiran’ ketua kelasnya batmus, Adep. ‘Besok liputannya tinggal liat di jendela luluk ya! Biarin. Biar nggak males ngapdet!’ katanya, ke orang-orang. Beeeh, bagus beneer…

Sebelumnya, perlu diketahui ‘pintong’ bukanlah ‘PTD’ (Plesiran Tempo Dulu) yang pada pelaksanannya para peserta diberi sinopsis, dibekali roti anak buaya+aqua botol, dibagi kedalam kelompok kecil untuk didampingi kapiten yang siap menerangkan+menjawab pertanyaan dari peserta dengan jawaban yang ngaco+membagikan hadiah jika peserta menjawab kuis dengan benar, dilindungi oleh traffic team yang menghadang kendaraan setiap rombongan menyeberang jalan, dan semua kemanjaan lain kepada setiap pesertanya. ‘Pintong’, memberi kesempatan kepada (yang biasanya) menjadi panitia di setiap acara-acara yang diadakan batmus, untuk bisa merasakan jadi peserta. Nah trus, yang bener-bener peserta gimana? Ya walopun nggak modal apa-apa, sangat dianjurkan untuk deket-deket aja sama panitia, kecipratan juga kok. Kecipratan ikut-ikutan ancur maksudnya, hehe.. :p

Tapi dirasa-rasa, akibat langsungnya jadi repot nih. Nggak ada sinopsis, berarti nggak ada bahan buat ditulis. Bener-bener mengandalkan memori… (Ssst.. padahal memorinya Luluk payah lho!) :D Ah, yang penting nulis aja dulu-lah!

Ehm.. Ehm..

Pagi itu, rangkaian acara dimulai dari kawasan Taman Fatahillah atau alun-alun Fatahillah atau dulunya disebut Stadhuis Plain (taman balaikota), yang letaknya persis di depan Museum Fatahillah. Tepat di alun-alun ini, konon pada zaman dahulu, terpancang tiang gantungan. Disinilah sampai menjelang akhir abad ke-19 para terhukum dieksekusi dengan pisau guiletine, atau dipancung dengan pedang. Tragisnya, pada saat eksekusi, masyarakat diminta berbondong-bondong menyaksikan. Pejabat penjara mendatangi kampung-kampung dengan membunyikan genderang, menyuruh mereka menyaksikan peristiwa itu.

Museum Fatahillah sendiri dulunya merupakan stadhuis Batavia atau Balaikota Kota Batavia, dan kalau tidak salah nih, didirikan pada awal masa VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie/Serikat Dagang Hindia-Belanda), kurang lebih 3 abad yang lalu, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterzon Coen, sekitar 1620-an. Stadhuis selain sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC wilayah Asia, juga merupakan kantor dewan pengadilan, sebagai kantor catatan sipil, sekaligus sebagai penjara bagi para pejuang bangsa.

Penjaranya seperti apa? Well, coba bayangkan: letaknya di bawah lantai utama gedung, tingginya hanya 1.5 meter, gelap, lembab, panas karena tidak berventilasi, dan didalamnya terdapat ratusan besi sebesar bola, berikut rantai-rantai untuk dipasangkan di kaki para napi. Kalau Anda masih kurang percaya, pergi ke Museum Fatahillah dan lihat pakai mata kepala sendiri. Sekarang pun, sampai ke bola-bola besinya masih ada! Tercatat ada Pangeran Diponegoro, Untung Suropati dan Oei Tambahsia (bener nggak sih nulisnya?) pernah merasakan disekap disini. Konon, banyak diantara mereka yang mendekam di penjara ini sebetulnya tidak bersalah. Ini terjadi akibat seringnya pengadilan yang direkayasa akibat para hakim tunduk pada pihak penguasa. Disamping karena para napi tidak tahan terhadap penyiksaan. Penyiksaan ketika itu merupakan cara biasa untuk mengorek keterangan, sebab jika tersangka tidak mengakui kejahatannya ia tidak boleh dihukum.

Ada contoh hukuman yang -kalau boleh disebut- benar-benar edan.

Pada abad 18, seorang bernama Pieter, yang terkenal anti-Belanda, dituduh akan mengadakan kekacauan di Batavia dan akan membunuh semua orang Belanda yang ada di kota ini. Pieter dan pengikutnya diputuskan dieksekusi dengan cara disalib. Kedua tangan mereka dipotong, dadanya dijepit dengan jepitan panas sampai kulitnya terkelupas, kemudian jantungnya dilemparkan ke muka mereka. Eksekusi ini masih dianggap ringan sebab eksekusi yang biasanya adalah tubuh korban diikat oleh empat ekor kuda yang berlari saling berlawanan, sehingga tubuh terhukum terobek-robek.

Parahnya, beberapa tahun kemudian baru diketahui bahwa si Pieter ini tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya. Peristiwa sebenarnya adalah Pieter menolak tawaran jenderal Belanda yang berkuasa waktu itu untuk menjual tanah miliknya yang berada di kawasan elit Batavia. Maka jadilah si orang nomer satu di Hindia Belanda ini menyebarkan isu makar kepada Pieter. Huh, emang dasar penjajah! >:(

Image hosted by Photobucket.com Nah, balik ke masa kini. Pada saat peserta pintong menunggu teman-teman yang lain berdatangan, Adep sang ketua kelas menguraikan beberapa catatan sejarah dengan memperlihatkan beberapa gambar jadul (jaman dulu –red.) dari stadhuis dan sekitarnya. Ternyata disamping memori buruk tentang penjajahan, stadhuis plein juga dikenang sebagai tempat yang teduh karena banyak pohon-pohon rindang, tempat berkumpulnya pedagang, tempat bertemunya muda-mudi karena merupakan pusat kota / alun-alun, dulunya ada bangunan semacam Arc De Triumph yang ada di Perancis sana (sayangnya sekarang sudah tidak ada karena dianggap terlalu Orde Belanda sehingga dihancurkan pada sekitar tahun 1960-an), dan dulunya juga ada lintasan trem tidak jauh dari bangunan stadhuis.

Kemudian setelah semua batmus berkumpul, perjalanan dimulai dengan berjalan kaki ke arah utara, tepat mengarah ke arah depan museum Fatahillah. Menerobos beberapa pedagang kaki lima kagetan yang setiap hari libur menggelar dagangan, memanfaatkan para pengunjung museum untuk melirik dagangannya. Kurang lebih 3 blok dari stadhuis, kemudian belok kanan ke arah timur, melewati jajaran truk pengangkut barang-barang pelabuhan yang parkir manis di tempatnya, kita sampai di sebuah –boleh dikatakan- reruntuhan bangunan yang dulunya (kalau tidak salah) adalah Benteng Batavia. Temboknya masih terlihat tinggi dengan ketebalan sekitar 30-an sentimeter. Konon, Belnda mendirikan beberapa benteng untuk menjaga pelabuhan sebagai pintu masuk Kota Batavia. Salah dua yang masih terlihat reruntuhan temboknya adalah Benteng Batavia ini dan satu lagi, Benteng Onrust yang ada di Pulau Onrust - Kepulauan Seribu. Nah, kata ketua kelas batmus, bakalan ada plesiran ke Onrust lho, tunggu tanggal mainnya aja.. ;)

Image hosted by Photobucket.comPerjalanan berlanjut membalik ke arah Barat dan kemudian kembali ke arah Utara untuk mengunjungi Westzijdepakhuizen yang dulunya merupakan Gudang sisi barat dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Bangunan ini masih berdiri kokoh, terdiri dari 2 bangunan terpisah, yang lantai dan tangganya terbuat dari kayu bahkan sampai ke tingkat 3! Bangunan ini mungkin sudah mengalami pemugaran karena masih kokohnya kayu sebagai penyangga bangunan, tapi mengenai hal ini saya tidak tahu pasti. Sekarang, bangunan ini difungsikan sebagai Museum Bahari oleh pemerintah DKI Jakarta, tempat diperlihatkannya berbagai jenis perahu dan perlengkapannya dari berbagai daerah. Tarif masuknya cuma 1500 rupiah, itupun kita tidak mendapatkan bukti berupa karcis atau apapun yang menjadi prasyarat masuk kedalam gedung. Cukup menyedihkan melihat betapa kurang dihargainya keberadaan museum di Indonesia (pada umumnya), dibandingkan negara-negara Eropa, misalnya. Logikanya, akibat pemasukan sedikit, biaya perawatan pun sedikit, lama-lama ya mati deh tu museum. :( Yang membuat saya suka bangunan ini adalah jendelanya yang dicat hijau terang khas Museum Fatahillah. Jadi penasaran, apakah dari dulu diwarnai seperti ini, ataukah baru-baru ini saja? Duh, kemarin kenapa nggak nanya yah..? :(

Image hosted by Photobucket.comTak jauh dari Museum Bahari, setelah melewati Pasar Ikan lama, terdapat suatu menara tua yang dikenal dengan sebutan Menara Syahbandar, yang dulu bernama Uitkijk. Jika naik ke atasnya, Anda dapat melihat ratusan kapal phinisi tengah bersandar di muara Sungai Ciliwung, Teluk Jakarta. Kapal-kapal layar itu datang dari berbagai kepulauan di tanah air mengangkut kayu dan barang kebutuhan lainnya untuk Kota Jakarta.

Dari menara inilah, ketika VOC memegang kendali Pelabuhan Sunda Kelapa, pasukan-pasukan kompeni mengawasi kapal-kapal yang masuk pelabuhan. Dulu, melalui pintu gerbang ini, kapal yang melewatinya harus memberi ‘uang rokok’ atau ‘pungli’. Hal ini (tentu saja) menandakan korupsi tidak pernah absen di Jakarta bahkan sejak jaman penjajahan Belanda. Baru tahu kan? ;)

Bangunan menara masih terlihat kokoh, dan sama seperti Museum Bahari, lantai dan tangganya terbuat dari kayu, padahal tingginya kira-kira setingkat 4-5 lantai bangunan bertingkat di Jakarta. Meskipun masih terlihat kokoh, untuk naik ke puncaknya kita masih diharuskan berhati-hati untuk tidak naik secara berombongan. Bisa jebol nanti tangganya. Jangan lupa pula untuk.. berpegangan ke pegangan tangganya kuat-kuat pada saat menaiki tangga! Deg-deg-ser lho, takut anak tangganya ambrol, hehe.. :p

Image hosted by Photobucket.com Menjelang siang, perjalanan dilanjutkan ke Galangan Kapal VOC, sebuah kompleks resto tempat nongkrong, tepat di seberang jalan Menara Syahbandar. Ada beberapa variasi tempat kumpul-kumpul disini. Mau yang a la taman di tempat terbuka, atau a la café dan bar khas barat, atau mau yang a la Pecinan? Tinggal pilih saja. Di sudut juga terdapat rumah joglo dengan ukiran khas Jawa, tetapi tampaknya hanya diperuntukkan sebagai penghias kompleks bangunan. Saya tidak punya infomasi banyak mengenai tempat ini, karena terlalu serius untuk melepaskan lelah setelah trekking yang jaraknya cukup lumayan.

Beberapa peserta tampak larut dalam pembicaraan seru seputar batmus, beberapa yang lain sibuk foto-foto menjadi ‘banci tampil’ (istilahnya batmus untuk ‘tidak pernah capek difoto’), dan sisanya mempertimbangkan untuk pamit pulang. Karena satu dan lain hal, saya juga termasuk kedalam mereka yang memutuskan untuk beranjak pulang setelah peluh mengering. Dari mailing list di kemudian hari, saya baru mengetahui bahwa dari Galangan VOC, batmus yang masih tersisa melanjutkan perjalanan ke jembatan Kota Intan atau dulu bernama Hoenderpassarbrug (saya nggak punya informasi kenapa dinamakan seperti itu dan bagaiman sajarahnya), kemudian kembali ke Museum Fatahillah, dan meneruskan perjalanan untuk melihat Pameran Foto yang digelar di sebuah tempat di daerah Glodok. Uh, sedikit menyesal karena tidak bisa ikut sampai akhir, tapi mungkin di lain waktu bisa tergantikan.

Lantas, apakah saya langsung pulang ke rumah selepas kabur dari pintong batmus yang gratisan ini? Tentu saja tidak. Luluk gitu loh, kudu mampir-mampir dulu dong. Bisa ketebak deh, kalau sudah ngayap ke daerah kota nyangkutnya kemana… Yup, Anda benar! Hunting DVD!! :D Nyahahaha… (Hush!)

~bravobatmus!


Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]