Jendela Luluk

Monday, March 21, 2005

 

Bila Bule ber-Bahasa Indonesia

Adakah yang menyadari, bahwa saya lebih senang menuliskan hal-hal yang ‘membahagiakan jiwa’ dibandingkan hal-hal yang membuat hati ini 'mengharu biru'?

Bagi saya, buat apa buang energi meng-entri tulisan yang malah menurunkan semangat, dengan menceritakan kesulitan-kesulitan hidup kepada seluruh dunia? Tidak, terima kasih. Sejujurnya, saya masih punya rasa malu untuk ini. :p

Nah, kali ini ada peristiwa menarik tentang bagaimana tamu-tamu asing kami di kantor mencoba berbahasa Indonesia dari beberapa kata yang mereka dengar atau kami ajarkan. Bukan ngajar yang bener-bener ngajar sih, belajar akan terasa hambar bila tidak diwarnai dengan keisengan kita-kita. ‘Kita’ disini artinya Luluk dan teman-teman lho! *ngajak-ngajak temen kalo bikin salah* ;)

Yang pertama, mengenai seorang wanita muda keturunan Italia, sebut saja namanya Fabia. Fabia senang sekali dengan kain batik. Pada saat menemaninya ke Pasaraya untuk membeli batik, kita sampaikan padanya, bahwa motif-motif batik yang cakep kita sebut ‘bagus’, tapi kalau yang kurang modis dan model ibu-ibu gitu kita menyebutnya ‘norak’. Fabia langsung hafal kedua kata tersebut dan fasih mengucapkannya. Iya-lah, cuma 2 kata gitu loh.. :)

Nah suatu ketika, big boss -yang seorang perempuan & sudah ibu-ibu- datang ke kantor dengan mengenakan batik. Seperti layaknya kami para perempuan, lebih sering mengenakan batik jika tamu-tamu asing datang, dengan tujuan menunjukkan kebanggaan kita pada motif tradisional Indonesia. Nah, tanpa tedeng aling-aling, si Fabia komentar ke big boss: “Ibu, why did you wear this batik? It is norak, you know?!”

*gubrak!* jengjengjeng...

Big boss ga komentar apa-apa sih. Tapi mukanya puceeeeet banget. Saya rasa didalam hatinya berkecamuk pikiran: [pasti anak buah gue nih, ngajarin yang nggak bener. Kalau saya tahu siapa dia, akan saya pecaat!!!]

Duh, Alhamdulillah, teman saya yang kebetulan mengajarkan kata-kata ‘norak’, nggak lagi dekat-dekat mereka berdua. Kita semua tertawa geli dalam hati, tapi mampus deh kalo ketauan, huihihihihi...
;D

Yang kedua, seorang wanita keturunan Afrika asal Botswana, sebut saja namanya Esther. Esther adalah yang pertama kali datang ke Indonesia dibanding rombongan teman-temannya yang lain. Jadi sewaktu ada seorang office boy membawakan minuman kepadanya, dengan santun dia menyatakan terima kasih.

Nah, pada saat teman-teman si Esther ini datang, termasuk salah satu diantaranya adalah Irina, seorang wanita keturunan Malaysia, si Esther ini menyadari bahwa setelah mengucapkan "terima kasih", Irina mengucapkan "Anda baik sekali" pada office boy yang mengantarkan minuman.

Lucunya, Esther mungkin salah mendengar kata ‘anda’ menjadi ‘kanda’, sehingga setiap diberikan minum oleh office boy, dengan pede-nya dia mengucapkan “Terima Kasih. Kanda baik sekali.”

*gubrak!* Huahahahahaha... ;D

Saya yang mendengar langsung jatuh bangun menahan ketawa. Males bener kan untuk membetulkan kalimatnya? Lebih lucu begitu. Jadi, saya biarkan saja. Dan percaya tidak? Esther mengucapkannya setiap hari! Sehingga, yah.. saya sarankan saja kepada Mas Agus, sang office boy untuk menjawabnya dengan: “sama-sama, Dinda...” ;D

Sunday, March 13, 2005

 

Profesi Idaman

Tim mekanik Scuderia Ferrari Seminggu penuh kedepan, kantor saya akan kedatangan serombongan bos-bos peneliti asing yang... hiks... akan saya serahkan segalanya untuk mengusir mereka secepatnya dari negeri ini deh. Bete.

Gara-gara ‘mereka’ mau datang, saya jadi berimajinasi, kira-kira ada nggak ya pekerjaan menyenangkan selain yang saya usahakan sekarang ini?

Ah! That’s it!
Menjadi salah seorang ahli mekanik pada tim balap formula 1! Ya, betul, orang-orang yang wajahnya saja nggak ketahuan seperti apa karena selalu berseragam lengkap layaknya pembalap tulen dengan helm yang berwarna khas tim balap dimana mereka bergabung didalamnya. Wuuuuiiiih…..!!!

Bayangkan, mempunyai keahlian mekanik yang jelas-jelas harus diatas rata-rata, bertanggungjawab penuh terhadap bagian mobil yang menjadi tugasnya, yang itu artinya tidak ada satupun orang yang lebih mengerti bagian mobil itu selain kita sendiri (“Kamu mau apa, Schumy? Setelan kurang pas? Sini saya betulin!”), betemen karib dengan pembalap-pembalap ternama (hmmm... Kimi Raikonen misalnya), keliling dunia gratis sesuai jadwal grand prix tiap tahunnya, merasakan eforia kemenangan jika pembalap yang mewakili tim menjadi jawara, punya tantangan untuk terus mengembangkan desain agar mobil bisa berlari lebih kencang, dan untuk karir kedepan bisa saja menjadi penanggung jawab teknis terhadap mobil seperti Jean Todt di Tim Scuderia Ferarri. Penanggung jawab teknis tim bisa naik podium lho jika menjuarai konstruktor terbaik atau jika kedua pembalap dari 1 tim berhasil naik podium pada posisi 1 dan 2. Belum lagi jika pada waktu-waktu tertentu bisa mencuri-curi waktu merasakan tarikan mobil formula 1 yang biasa dikendarai Rubens Barrichello, atau Giancarlo Fisichella, atau Juan Pablo Montoya misalnya..? Huah!

+ : Kenapa nggak pengen jadi pembalapnya aja, Luk, tiap 2 minggu sekali balapan?

- : Ah, nggak. Lebih menantang jadi ahli mekanik. Jadi pembalap belum tentu bisa seahli para ahli mekaniknya, tapi jadi mekanik bisa nggeber mobil yang ditanganinya dong.. “Saya mau ngecek setelan dulu nih, pinjem bentar mobilnya ya, Schumy!” :D

+ : Gimana kalo suami lo aja yang jadi mekanik, lo cukup jadi istrinya? Kan bangga juga tuh.

- : Yeh, dimana bangganya? Justru kebanggaan terletak bila saya sendiri-lah yang bisa jadi mekanik, untuk mobil balap formula 1 pula. Kalo bisa suami jadi pembalap, istrinya jadi ahli mekaniknya, boljug tuh.. :D

Eh, sekarang ini ada nggak ya mekanik perempuan di tim formula 1?? Saya mau sekali menjabat tangannya dan mengatakan padanya ‘Anda memiliki pekerjaan terhebat di dunia!’


*gambar diambil dari sini.

Monday, March 07, 2005

 

Jogja Hari #2

Image hosted by Photobucket.com

Jogja Hari #2 :

- Kembali melanjutkan plesiran luluk pulang kampung ke Jogja bersama 3 teman baik, Ai, Poppy dan Ule. Untuk mengingat-ingat, bisa lihat di
Jogja Hari #1 kami.
- Kapok kepanasan karena berangkat terlalu siang, kami niat berangkat agak pagi, tapi yaaah.. percuma saja sebab lewat tengah malam baru bisa tertidur dan akibatnya ujung-ujungnya berangkat jam 10 juga deh.
- Desember penghujan menyambut Ai, Poppy dan Ule di pintu masuk kompleks Candi Borobudur, setelah menyambangi mas-mas penjual cengdem sebagai bekal gaya supaya lebih nuris (bukankah turis-turis demennya kacamataan item?). Poppy yang asli Medan, kalo nggak malu banyak orang pasti udah meluk erat-erat itu candi deh. Seumur-umur belum pernah ke Borobudur! Bah, kesian bener.
- Ssst... diam-diam kami menyusuri keseluruhan candi berputar-putar dari lapisan paling bawah menuju tingkat paling atas untuk mencari apa coba? Relief-relief ‘terlarang’ untuk yang dibawah umur. Ngerti kan? *Polos bener deh kami* Tapi sialnya, nggak ketemu! Tapi, banyak hal menarik kok dari relief yang kami coba ikuti alur ceritanya, sebagian juga nebeng nyuri-nyuri denger pemandu yang disewa rombongan wisatawan. Nebeng? Yak betul, kita nggak modal! :p
- Ritual memegang jempolnya sang Budha pun tidak kami lewatkan. Konon, keinginan bisa terkabul bila sang jempol terusap. Jauh-jauh ke Borobudur nggak melakukan ini, bisa disuruh balik lagi kali. Terkabul keinginan ya sukur, nggak terkabul yo nating tu lus. Hare gene gitu loh.. ;)
- Tidak sampai 1 jam dari Borobudur, terdapat Candi Mendut yang masih berdiri tegak. Terdapat pula satu prasasti yang umurnya belum sampai 5 tahun buatan turis dari negeri Jepang. Alkisah, si turis ini bersembahyang di Candi Mendut meminta Tuhannya untuk menyembuhkan anaknya, dan yeah.. rupanya si anak sembuh. Jadilah dia membuat prasasti diluar pagar kompleks Candi Mendut sebagai pengingat dan tidak main-main, tiap tahun si turis ini selalu rutin bersembahyang disini. Yokatta desu ne!
- Di depan kompleks Candi Mendut, terdapat pula semacam asrama sekolah biksu dan kuil yang sangat bagus dan terawat. Di dalamnya terdapat patung Budha menyerupai patung yang di Kuil Nuroo-Ji, Nara, Jepang, yang diberikan oleh umat kuil tersebut untuk umat Budha Indonesia pada tahun 2002. Bicara Budha, pasti tak jauh dari bunga lotus dong. Nah didepan kuil ini ada kolam dengan penuh bunga lotus ungu yang sangat indah. Langsung deh temen-temen pasang aksi. Buat ditaruh di Friendster kata salah satu dari mereka. Walah, niaaaaaat! Huehehe.. :p
- Saking betahnya berlama-lama di kuil apik nan bersih tersebut, tak terasa bapak penjaga sudah sedari tadi memelototi kami. Beberapa biksu ‘muda’ (ehm..) juga mencoba ngintip dari balik tirai lantai atas. Terbayang kan, di film-film Shaolin yang namanya biksu: dengan kepala plontos, jubah oranye dan tasbih kayu besar-besar, tapi yang ini ditambah mimik penasaran ngapain cewek-cewek ngeceng di tempat ibadah. Hehe.. Maafin mas, lupa kita. Wislah, muleh! muleh! :D
- Menjelang maghrib, kami cabut. Daaaan ketika melewati kota, tawaran untuk mampir ke workshopnya Dagadu di daerah Pakuningratan pun sayang untuk ditampik. Luluk memang piawai menghasut teman-teman, ya tidak? ;)
Terakhir, menyantap bakmi goreng khas Kotagede yang dimasak diatas anglo (semacam tungku kecil dari tanah liat) pun menjadi penutup plesiran hari kedua kami di Jogja. Walaupun sang bapak penjual susah payah mengusahakan api tetap berkobar dengan mengipas-ngipas tek-ketek-ketek sui tenan, tidak masalah, karena terbayar dengan bakminya yang nyemek nikmat beraroma khas anglo. Sedap! ^^, b
- Candi Borobudur, Candi Mendut, hmm.. Wisata sejarah untuk mengenang kejayaan bangsa Indonesia jadoel (djaman doeloe)-lah, Dagadu Pakuningratan, makam malam bakmi goreng anglo... selesai. *I love Jogja*

Thursday, March 03, 2005

 

Kelindes Ban Mobil

Minggu pagi itu, karena sekalian mengajak seorang tamu asing dari kantor, saya yang biasanya pergi ke pusat kota naik kereta ekonomi jurusan bogor-kota, bela-belain naik taksi demi alasan keamanan dan tentu saja kenyamanan.

Apa lacur? Bukan kesan kenyamanan yang saya dapatkan setelah sampai di tempat tujuan, melainkan... kaki saya kelindes ban taksi! Hiks.. Baru turun satu kaki kiri tiba-tiba mobil jalan lagi untuk mencari posisi menepi yang tepat, padahal central lock sudah terbuka dan saya fikir posisi mobil sudah cukup rapat dengan trotoar pintu gerbang gedung yang juga saya nilai tidak mengganggu jalan dan orang lewat.

Sakitkah? Pada saat itu, nggak juga. Situasi tempat tujuan yang ramai dan kondisi waktu yang mepet dengan jam pelaksanaan acara, mungkin sedikit meredam rasa sakit. Lagipula, saya terlalu 'excited' dengan jalannya acara sehingga lupa merasakan dan melihat kondisi sang kaki. Tapi keesokan paginya.... wadaaaaaow! Memar-memar merah biru hitam akhirnya muncul juga memanjang dari bawah bagian luar sampai bagian bawah dalam dari mata kaki sebelah kiri.

Fitri, rekan saya yang dokter, menyarankan untuk diolesi sejenis salep berjudul trombofop. Ule, yang pernah kelindes roda angkot dan akibatnya duduk selama 1 minggu di kursi roda karena kakinya harus digips, menyarankan untuk pergi ke RS terdekat agar kaki saya bisa segera dironsen. Mas Agung, supir kantor, yang pernah melindes orang (hehe..), menyarankan untuk membalurkan jahe parut pada lokasi memar. Ai, yang pernah keseleo, menyarankan untuk mengolesi bagian tubuh yang memar dengan beras kencur.

Trombofop nggak ketemu di apotik, ke RS untuk ronsen pastilah keluar uang yang lumayan, minta jahe ke ibu mesti ‘rebutan’ karena beliau juga butuh untuk masak, beras kencur? Weh, itu mah buat diminum bukan diolesin, nyarinya susah pula. Sudah 4 hari berlalu, memarnya masih belum hilang dan sampai saat ini saya cuma sanggup berjalan tanpa bantuan tumit kiri. :(

Jadi, ada saran lain untuk menghilangkan memar akibat kelindes ban?

Btw, memarnya lucu lho, membentuk pola seperti alur ban mobil gitu. Sayang juga sih kalau buru-buru dihilangkan. (lho?)

~mau sembuh nggak sih? :p


Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]