Jendela Luluk

Friday, January 28, 2005

 

Belajar jadi 'Cewek'

Met pagi, semuanya!

Kemarin sore, saya dan 2 rekan iseng cuci mata di sebuah mall di kawasan Depok. Melihat yang lain membeli sepatu / sandal yang murah meriah, saya jadi ikut-ikutan ingin membeli dan hm... pengen jadi 'cewek' ah..

Maka, jadilah saya membeli sepatu sandal manis berwarna krem yang tinggi hak-nya lumayan. 3 cm. Well, bagi saya ini sudah lumayan tinggi. Sudah saatnya berubah pelan-pelan menjadi feminin. Tapi, walaaaaah konsekuensinya bow!

Ketahuilah, setiap pagi saya pergi ke kantor dengan naik angkot kurang lebih 10 menit. Setelahnya, (dengan alasan ingin berhemat uang transport dan yaaah sedikit berolahraga) saya niatkan =setiap hari= untuk berjalan kaki menuju kantor saya. Nah, bagi anda yang mengenal daerah UI, ini rute saya: turun di daerah Kapuk, daerahnya Universitas Gunadarma, kemudian menyusuri jalan didepan universitas tersebut, lalu melewati stasiun Pondok Cina yang otomatis saya harus melintasi rel kereta api, kemudian masuk wilayah UI yang saya harus ekstra hati-hati dengan para tukang ojek yang kerap menyalipi (duh bahasanya) bis kuning, dan setelahnya (ini favorit saya sebetulnya), saya harus menyusuri jalan setapak di pinggir danau UI untuk sampai ke kantor saya. Total waktu yang dibutuhkan untuk jalan kaki ini adalah kurang lebih 10 menit.

Bayangkan saya harus melalui ini dengan mengenakan sepatu sandal yang tinggi hak-nya 3 cm! Oke, bagi sebagian 'cewek' ini seharusnya biasa saja, tapi bagi saya.. whuaaaah... hiks... kedua kaki langsung teriak minta dilurusin. Menjerit agar besok-besok tidak dibiarkan menderita lagi. Mana hari ini Jum'at pula, yang berdasarkan peraturan tidak tertulis kami dibiarkan bebas mengenakan 'atribut' apapun ke kantor. huhuu... :(

Yah sudahlah, mungkin ini hari pertama saja. Lama-lama juga terbiasa. Ada teman yang bilang, "biasanya 'cowok' suka lho dengan 'cewek' yang feminin". Jadi, sedikit usaha nggak apa-apalah.. hihi.. *twink twink* Centil Mode: ON.

Duh, btw, jadi kepingin nonton Pretty Woman deh. Week end ini ke Mangga Dua aaahh.. ;) Ada yang mau nitip??

Monday, January 24, 2005

 

Jogja Hari #1



Jogja Hari #1 :

- Ai, Poppy dan Ule, mengunjungi rumah keluarga ayahnya Luluk di Kotagede, selatan Yogyakarta. *Monggo.. Monggo..* :D
- Ai hanya pernah melewati Jogja dalam perjalanannya menuju rumah keluarga ibunya, Ule hanya pernah berdarmawisata ke Candi Borobudur pada kelas 3 SD, dan Poppy hanya pernah menginjakkan kakinya di bumi Yogyakarta pada saat transit di Lanud Adi Sucipto. *Padahal Luluk hampir tiap tahun pulkam* :)
- Karena berita kecelakaan pesawat Lion Air masih hangat dalam ingatan, Luluk menolak keras naik pesawat *kapan-kapan aja deh*, semua setuju untuk naik KA dan bahkan Poppy belum pernah naik kereta seumur hidupnya!
- Pada pagi Hari #1, menyusuri jalan dari rumah menuju Makam Raja Mataram di Kotagede. Kotagede merupakan kota tua yang merupakan bekas ibukota kerajaan Mataram dan oleh karenanya, pada zaman dulu, penduduk di daerah ini terkenal sebagai prajurit yang sakti. Sekali lirik bisa jadi batu! Makanya, hati-hati sama Luluk *yang keturunan prajurit Mataram* ;D

- Layaknya di lingkungan pemakaman raja, tidak sembarang orang boleh masuk. Pengunjung jika ingin masuk ke areal makam utama, diharapkan mengenakan ‘kemben’ Jawa untuk menghormati makam. *Ya ampun, hari gene??* :D
- Masjid Besar Mataram hingga hari ini masih berdiri tegak, dan pada waktu-waktu sholat, banyak penduduk yang menunaikan sholat berjamaah disana.
- Di Kotagede, tidak terdapat kendaraan umum dan satu-satunya transportasi yang dapat membawa kami jalan-jalan adalah andong. Kami harus berjalan dahulu menuju Pasar, dan mencari pak kusir yang bersedia mengantarkan kami menuju pusat kota. Tarifnya, cuma Rp.15.000,-! *padahal jauh* Aah, menikmati angin, menabuh daun-daun.. Suasana Jogja.. :)
- Acara utama hari #1: Menyusuri sepanjang jalan Malioboro sisi kanan dan kiri, menandai Toko-toko bertajuk ‘Janoko’, ‘Ningrat’ dan ‘Morita’ eh.. ‘Matori’ eh.. ‘Mirota’ ding.. :D, mampir di Stasiun Tugu untuk memesan tiket pulang dan menjelang malam kami beristirahat di Masjid DPRD Yogyakarta (duh, apa nama Masjidnya ya?) yang masih di Jalan Malioboro juga.
- Kotagede, naik andong, menikmati angin, Malioboro, belanja oleh-oleh khas Jogja… selesai. *I Love Jogja*


Thursday, January 20, 2005

 

“Kamu mau kepala orang!!?”

Semalam, seorang rekan ayah saya menelepon ke rumah yang kebetulan saya angkat dan sejujurnya, saya paling tidak bisa untuk berbasa-basi. Kalau saya tidak interest atau tidak punya keperluan kepada siapa saya berbicara, lebih baik saya diam.

Beberapa hari yang lalu saya tahu dari ibu, bahwa si bapak rekan ayah saya ini berkesempatan menjadi relawan selama 2 minggu di Aceh.

+ : Halo? Assalamu’alaikum?
- : Wa’alaikumussalam.
+ : Bapakmu ada? Pak Fanani nih.
- : Oh, ada. Sebentar ya, pak.

(Nah, setelah memanggil ayah saya, dan menunggu beliau datang ke pesawat telefon, saya tergelitik untuk menanyakan kabar terbaru dari Aceh dong.)

- : Uhm.. Bapak kapan pulang dari Aceh, pak?
+ : Saya sudah masuk kantor minggu ini
- : Wah, Oleh-olehnya apa nih, pak?
+ : Hah?? Oleh-oleh??! Kamu mau kepala orang!!? *
tanpa tedeng aling-aling, dengan nada yang serius pula*

Weh.. Ih.. Hiiy.. Waduh.. *nggak bisa ngomong*
‘Nonjok’ banget nih bapak.Bingung saya mau ngomong apa.

Tapi untunglah tak lama kemudian gagang telepon sudah berpindah ke tangan ayah saya, yang langsung membicarakan rencana pemotongan hewan kurban besok pagi di lingkungan rumah.

Jadi mikir, apa mungkin kalimat pertanyaan saya yang salah ya?
Ah, kapok deh berbasa-basi.


Wednesday, January 19, 2005

 

Surat Cinta

“Luk, dapet surat cinta tuh, udah gue taro di meja lo!”

Surat cinta apaan sih.. *penasaran*

= Bersama ini kami memberitahukan bahwa berdasarkan kesepakatan yang tertuang pada Personnel Manual PT.xxxxxxx Indonesia, di setiap pergantian tahun akan diadakan penyesuaian salary berdasarkan perhitungan terhadap tingkat inflasi di Indonesia, maka mulai bulan Januari 2005 akan terdapat kenaikan salary sebesar 10% bagi seluruh staf (full time ataupun part time). =

Horeeeeee..! Yuhui..! *senangnya*

Sip lah. Ini artinya, kalau gaji saya 30 juta, akan ada tambahan 3 juta dong?
Lumayan.. hihihi.. :p


30 juta..? Ngimpi.

---

Sunshine through my window.. *nyanyi nyanyi ga jelas*


Tuesday, January 18, 2005

 

Korma dari Israel



Pernah makan buah korma? Buah khas dari negeri Arab yang biasa beredar pada Bulan Ramadhan atau sekitar perayaan hari besar Islam lainnya. Di Indonesia, korma selalu identik dengan Negara Saudi Arabia bukan? Tetapi minggu lalu, ketika kantor kami dikunjungi 7 orang peneliti asing, salah satu dari mereka memberikan kami oleh-oleh 1 bungkus korma dari negeri yang tidak terbayangkan bisa memproduksi korma.. ISRAEL!!

“Emang ngaruh gitu, Luk, lo gak jadi makan tu korma?” komentar seorang rekan ketika pada gigitan kedua saya mengurungkan niat untuk melanjutkan menghabiskan si buah korma setelah melihat label kemasannya, buatan Marks & Spencer dan jelas-jelas pula tertulis nama ‘Israel’ pada kolom country of origin-nya. “Nggak ngaruh sih, males aja gue ngabisin.”

Apakah saya terlalu =rasis=, =tidak punya toleransi= atau =tidak fleksibel=, terserah penilaian masing-masing. Toh, pemerintah pun tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan negara tersebut, sampai-sampai menolak bantuan untuk korban Aceh (
Republika 15/1). Lagipula, memangnya ada gitu perkebunan korma disana? Kalaupun ada, para pekerjanya pun pastinya masuk kedalam orang-orang yang membantai dan mencaploki negara tetangganya. Dan, bukan berarti buah yang identik dengan Arab selalu bisa halal, bisa dimakan dengan nikmat. Walaupun judulnya ‘buah’.. dimana-mana memang halal, tapi.. ampun deh, dari Israel? No way, man. Nggak nafsu.

Wuh. Ternyata
Marks and Spencer(-nya Israel) nggak cuma menjual pakaian, tapi juga korma. Luar biasa.

Friday, January 14, 2005

 

Ayo, mainkan energimu, Luk!

Tsunami.
Apalagi yang mesti ditulis disini?
Pada tayangan awal-awal bencana di televisi, saya saja yang tidak punya saudara disana selalu buru-buru pindah channel untuk menghindari airmata merembes keluar, apalagi yang benar-benar kehilangan seluruh keluarganya, duh… saya mungkin sudah jadi penghuni rumah sakit jiwa.

Alhamdulillah, sedikit demi sedikit tayangan yang mengharu biru sudah mulai berkurang, termasuk MetroTV yang kadang weleeeh… tidak bosan-bosannya mengeksploitasi berita.

Ya. Tak dinyana ada yang beda pada tayangan beberapa malam lalu. Di suatu tempat di Banda Aceh, reporter MetroTV sempat mewawancarai salah seorang bapak tua penjual (menurut sang reporter) sayur-sayuran, padahal yang terlihat disitu hanya mentimun dan cabai merah. Gambaran yang hendak ditampilkan adalah kondisi Banda Aceh yang mulai hidup perekonomiannya walaupun segala sesuatunya masih tampak darurat.

+ : Bapak dapat sayuran ini darimana, pak? *sang reporter tidak terlihat*
- : Dari xxxxx (nama suatu tempat di Aceh, saya lupa). Di gunung. *senyum*
+ : Bapak memang biasa berjualan sayuran?
- : Saya biasa melaut. Cari ikan. *masih senyum*
+ : Lho, tapi bapak sekarang jadi penjual sayuran, bagaimana??
- : Kapal saya sudah tidak ada, hilang. Anak istri hilang. Daripada saya diam teringat-ingat anak istri saya, mendingan saya jualan saja, hehe... *senyum bangga, tulus dan optimis dari seorang bapak tua yang tetap ingin bertahan hidup* Ah, saya susah membahasakan tampilan visual yang saya lihat waktu itu.

Seiring berbagai masalah yang menghinggapi aktivitas, rasanya tidak berlebihan jika si bapak tadi menjadi teguran sekaligus penyemangat bagi saya untuk terus maju. Derita si bapak jauh lebih besar dari keluhan-keluhan saya yang alaaaah.. nggak ada artinya. Cemen. Sebagian besar hanya karena tidak bisa membagi waktu dengan baik.

Duhai, bapak. Kalau orang saat ini beramai-ramai mau mengangkat anak dari korban bencana Aceh, bapak mau tidak mengangkat saya sebagai anak bapak? :)

--

Sunshine through my window
That’s what you are
My shining star..

Making me feel
I’m on top of the world
Telling me I’ll go far


#
Sunshine, sung by Gabrielle

Terlalu klise?
Well, Saya bersyukur masih bisa menikmati hidup.

Ayo, mainkan energimu, Luk! Huehehehe.. :p


Tuesday, January 04, 2005

 


c. REUTERS/Stringer/indonesia
A view of Meulaboh town after Sunday massive earthquake and the powerfull tsunami, January 1, 2005. The disaster is now known to have killed more than 80,000 people on northern Sumatra island, all but a handful of them in Aceh. Officials say the final toll may exceed 100,000. The world poured money into tsunami-battered Asia on Saturday, six days after the massive earthquake off the Indonesian island of Sumatra triggered giant tsunami waves. The death toll stood at nearly 127,000 and was expected to rise. -- Dudi Anung / State Secretariat


Archives

July 2004   August 2004   September 2004   October 2004   November 2004   December 2004   January 2005   February 2005   March 2005   April 2005   May 2005   June 2005   July 2005   August 2005   September 2005   October 2005   November 2005   December 2005   February 2006   March 2006   April 2006   May 2006   December 2006   February 2007   May 2007   March 2008   April 2008   May 2008   June 2008   November 2008   January 2009   May 2009   June 2009   December 2009   November 2010  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]